Syiahindonesia.com – Di tengah upaya Syiah menampilkan diri sebagai bagian dari Islam, penting untuk diketahui bahwa Syiah memiliki standar ganda dalam menentukan siapa yang dianggap Muslim. Secara lahiriah mereka mengaku bagian dari umat Islam, namun secara ideologis dan teologis, Syiah memiliki definisi “Muslim” yang sangat sempit, bahkan mayoritas kaum Sunni tidak mereka anggap sebagai Muslim sejati.
Artikel ini akan menjelaskan secara tuntas siapa yang dianggap Muslim menurut perspektif Syiah, dengan mengacu pada kitab-kitab utama mereka, serta menunjukkan betapa berbahayanya keyakinan eksklusif tersebut bagi keutuhan umat Islam.
1. Hanya Syiah Imamiyah yang Dianggap Muslim Sejati
Menurut keyakinan mayoritas Syiah Imamiyah (Itsna ‘Asyariyah), Muslim sejati adalah orang yang beriman kepada Imamah, yakni meyakini bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, kepemimpinan umat Islam hanya sah dipegang oleh Ali bin Abi Thalib dan sebelas imam keturunannya.
Siapa yang tidak meyakini imamah, maka tidak dianggap Muslim secara sempurna, bahkan bisa dianggap kafir atau munafik menurut sejumlah teks klasik Syiah.
Dalam kitab Bihar al-Anwar karya Al-Majlisi disebutkan:
"Barangsiapa tidak mengakui kepemimpinan Ali dan para imam setelahnya, maka dia adalah kafir."
2. Sunni Dianggap “Nashibi”: Musuh Ahlul Bait
Dalam terminologi Syiah, kaum Sunni sering disebut sebagai “nashibi”, yaitu orang yang membenci atau tidak mengakui keutamaan Ahlul Bait versi mereka. Istilah ini digunakan untuk menyamakan Sunni dengan musuh-musuh keluarga Nabi, padahal kaum Sunni mencintai Ahlul Bait sesuai ajaran Rasulullah ﷺ.
Al-Kulaini dalam kitab Al-Kafi menyatakan:
"Nashibi itu lebih najis daripada anjing. Mereka halal darah dan hartanya."
Pernyataan ini telah mendorong fanatisme sektarian yang berujung pada kekerasan terhadap kaum Sunni, seperti yang sering terjadi di Irak, Suriah, dan Yaman.
3. Kalimat Syahadat Tidak Cukup
Dalam Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seseorang dianggap Muslim jika:
-
Mengucapkan dua kalimat syahadat:
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ الله
“Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah.”
Namun dalam Syiah, itu tidak cukup. Mereka meyakini bahwa “asyhadu anna Aliyyan waliyyullah” (Aku bersaksi bahwa Ali adalah wali Allah) juga termasuk bagian dari syahadat yang sempurna, meski bukan bagian dari rukun Islam menurut ajaran Nabi ﷺ.
Beberapa ritual Syiah bahkan menambahkan nama Ali dalam azan, padahal Nabi ﷺ tidak pernah melakukannya.
4. Imam Syiah Disebut Lebih Tinggi dari Nabi
Karena meyakini keimaman sebagai rukun agama, Syiah menempatkan imam-imam mereka lebih tinggi dari para nabi. Hal ini dinyatakan dalam kitab Al-Kafi:
“Para imam memiliki ilmu seluruh nabi, dan mereka lebih utama daripada nabi-nabi.”
Dari sini bisa disimpulkan bahwa siapa pun yang tidak mengimani para imam tersebut dianggap sebagai orang yang tidak mengikuti petunjuk Allah, alias bukan Muslim dalam definisi Syiah.
5. Pernikahan dan Warisan: Bukti Syiah Tidak Anggap Sunni Muslim
Beberapa ulama besar Syiah menyatakan bahwa:
-
Tidak boleh menikah dengan Sunni, karena mereka dianggap bukan bagian dari Ahlul Iman.
-
Warisan tidak diberikan kepada Sunni, karena mereka bukan ahli waris syar’i menurut fiqih Syiah.
Dalam kitab Tahrir al-Wasilah karya Ayatollah Khomeini disebutkan:
"Nashibi (Sunni) tidak boleh mendapatkan warisan dari seorang pengikut Syiah."
Ini adalah bukti bahwa Syiah menganggap Sunni bukan Muslim sejati, bahkan dalam urusan muamalah.
6. Syiah Menganggap Sahabat Nabi sebagai Murtad
Syiah menyebarkan keyakinan bahwa mayoritas sahabat Rasulullah ﷺ telah murtad setelah wafatnya Nabi, karena tidak membaiat Ali sebagai khalifah. Dalam kitab Rijal al-Kasyi, disebutkan:
"Semua sahabat telah murtad kecuali tiga: Miqdad, Salman, dan Abu Dzar."
Jika sahabat Nabi saja dianggap murtad oleh Syiah, maka umat Islam yang mengikuti jejak sahabat — yaitu Ahlus Sunnah — lebih-lebih lagi tidak dianggap Muslim oleh mereka.
Kesimpulan: Syiah Memiliki Standar Ganda Tentang Keislaman
Meski secara lahiriah Syiah menyebut diri sebagai bagian dari umat Islam, namun dalam keyakinan dan kitab-kitab mereka, hanya pengikut Syiah Imamiyah yang dianggap Muslim sejati. Sedangkan Ahlus Sunnah wal Jama’ah:
-
Dianggap Nashibi (musuh Ahlul Bait)
-
Dianggap kafir, najis, murtad, atau munafik
-
Tidak layak menikah, diwarisi, atau dijadikan saudara seiman
Umat Islam di Indonesia perlu menyadari realitas ini, agar tidak terjebak dalam narasi “ukhuwah Islamiyah” yang hanya dipakai oleh Syiah sebagai strategi taqiyyah untuk menyebarkan ajaran sesat mereka.
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِن تَتَّقُوا۟ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًۭا
“Wahai orang-orang yang beriman! Jika kalian bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan furqan (kemampuan membedakan antara yang hak dan batil).”
(QS. Al-Anfal: 29)
Mari bentengi akidah kita dengan ilmu yang benar, dan terus waspada terhadap infiltrasi ajaran Syiah di tengah masyarakat.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: