Syiahindonesia.com - Selama berabad-abad sejarah Islam mencatat bagaimana munculnya Syiah bukan sebagai bagian murni dari umat Islam, melainkan sebagai gerakan politik, sektarian, dan ideologis yang justru banyak merusak persatuan umat dan menodai ajaran Rasulullah ﷺ. Meskipun mereka mengklaim sebagai pecinta Ahlul Bait, fakta sejarah membuktikan bahwa Syiah lebih banyak memusuhi Islam daripada membelanya.
1. Awal Kemunculan Syiah: Fitnah di Tengah Umat
Syiah bermula dari gerakan politis yang membela Ali bin Abi Thalib رضي الله عنه secara fanatik. Tokoh awal yang disebut-sebut sebagai peletak dasar ajaran Syiah adalah Abdullah bin Saba’, seorang Yahudi dari Yaman yang berpura-pura masuk Islam.
Ibnu Taimiyah berkata:
وكان عبد الله بن سبأ أول من أظهر الطعن في الصحابة، وادعى الوصية لعلي، وكان له أتباع من المنافقين
“Abdullah bin Saba’ adalah orang pertama yang menampakkan celaan terhadap para sahabat dan mengklaim Ali sebagai pewaris (kekhalifahan). Ia memiliki pengikut dari kalangan munafik.”
Gerakan ini menjadi benih perpecahan besar dalam tubuh umat Islam.
2. Syiah Memecah Umat Islam Sejak Awal
Pasca wafatnya Rasulullah ﷺ, umat Islam tetap bersatu di bawah Abu Bakar, Umar, dan Utsman رضي الله عنهم. Namun kelompok Syiah menolak kepemimpinan mereka dan menuduh sahabat sebagai pengkhianat dan murtad. Ini adalah pengingkaran terhadap ijma’ (kesepakatan) umat, yang merupakan salah satu sumber hukum dalam Islam.
وَمَن يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ
“Barangsiapa menentang Rasul setelah jelas baginya petunjuk, dan mengikuti selain jalan orang-orang mukmin, Kami akan biarkan ia terombang-ambing dan Kami akan memasukkannya ke dalam Jahannam.”
(QS. An-Nisa: 115)
Syiah jelas menyelisihi jalan kaum mukminin, yakni para sahabat dan generasi terbaik.
3. Pengkhianatan Syiah dalam Jatuhnya Baghdad
Pada tahun 656 H (1258 M), dunia Islam dikejutkan dengan jatuhnya kota Baghdad ke tangan Mongol. Salah satu penyebab utamanya adalah pengkhianatan besar dari tokoh Syiah bernama Ibn al-Alqami, seorang wazir di pemerintahan Khalifah Abbasiyah.
Ibnu Katsir rahimahullah menulis:
وكان ابن العلقمي الرافضي وزيرًا للخليفة، فأفسد ما بينه وبين الأمراء، وراسل التتار حتى سلمت بغداد
"Ibn al-Alqami, seorang Rafidhi (Syiah), adalah menteri khalifah. Ia merusak hubungan antara khalifah dan para pejabat, lalu berkorespondensi dengan tentara Tatar hingga Baghdad jatuh.”
Ini adalah pengkhianatan nyata terhadap umat Islam oleh Syiah.
4. Penolakan Syiah terhadap Mushaf Utsmani
Mayoritas umat Islam menerima Al-Qur’an yang dikodifikasi oleh Utsman bin Affan رضي الله عنه, dikenal sebagai Mushaf Utsmani. Namun dalam kitab-kitab klasik Syiah seperti Al-Kafi, disebutkan bahwa Al-Qur’an telah mengalami perubahan.
Contoh dalam Al-Kafi:
إن القرآن الذي أنزل على محمد صلى الله عليه وآله أكثر من هذا
"Sesungguhnya Al-Qur’an yang diturunkan kepada Muhammad lebih banyak dari ini.”
(Al-Kafi, 1/239)
Ini jelas bertentangan dengan firman Allah:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَـٰفِظُونَ
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an) dan Kami pula yang menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)
5. Syiah Menghalalkan Nikah Mut’ah: Zina Terselubung
Dalam Islam, nikah mut’ah telah diharamkan oleh Rasulullah ﷺ. Tapi Syiah tetap membolehkan praktik ini hingga hari ini, bahkan menyamakannya dengan ibadah.
Nabi ﷺ bersabda:
إني كنتُ أذنتُ لكم في الاستمتاع من النساء، وإن الله قد حرَّم ذلك إلى يوم القيامة
"Dulu aku mengizinkan kalian nikah mut’ah, namun sekarang Allah telah mengharamkannya hingga hari kiamat."
(HR. Muslim)
Mereka menganggap perbuatan yang diharamkan dalam Islam sebagai ibadah, ini bukti nyata penyimpangan akidah.
6. Syiah Menjadikan Asyura sebagai Hari Kutukan
Alih-alih berpuasa dan bersyukur sebagaimana sunnah Nabi ﷺ pada hari Asyura, Syiah justru menggunakannya untuk melaknat para sahabat, menangis dan menyiksa diri.
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الجَاهِلِيَّةِ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, dan berseru dengan seruan jahiliyah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Ritual Syiah di Asyura tidak bersumber dari Islam, tapi lebih menyerupai ajaran Majusi dan tradisi pagan.
7. Para Ulama Menyatakan Syiah Keluar dari Islam
Imam Malik rahimahullah berkata:
من أصبح من الرافضة فاقتله، فإنهم زنادقة
"Barangsiapa menjadi Rafidhah (Syiah), maka bunuhlah dia. Sesungguhnya mereka adalah zindiq (munafik)."
Imam Ahmad bin Hanbal juga mengatakan:
من شتم أصحاب النبي لا نكاح له، ولا صلاة خلفه، ولا تؤكل ذبيحته
"Barangsiapa mencaci sahabat Nabi, maka tidak sah dinikahi, tidak sah shalat di belakangnya, dan tidak halal sembelihannya."
Kesimpulan: Syiah Bukan Bagian dari Islam
Dengan meninjau sejarah, ajaran, dan praktik nyata Syiah dari masa ke masa, maka jelaslah bahwa Syiah bukan bagian dari Islam. Mereka menyelisihi Al-Qur’an, menghina sahabat Nabi, menghalalkan yang haram, memecah belah umat, dan melakukan pengkhianatan dalam sejarah Islam.
Islam adalah agama yang dibangun di atas tauhid, cinta kepada sahabat, dan ittiba’ kepada sunnah. Maka, Syiah yang mendustakan pilar-pilar ini tidak bisa diklaim sebagai bagian dari umat Muhammad ﷺ.
وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ ٱلْإِسْلَـٰمِ دِينًۭا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ
“Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka tidak akan diterima darinya.”
(QS. Ali ‘Imran: 85)
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: