Breaking News
Loading...

Bagaimana Cara Menjawab Dalil-Dalil Syiah yang Menyesatkan?


 Syiahindonesia.com - Salah satu strategi utama penyebaran paham Syiah adalah dengan mengutip dalil-dalil Al-Qur’an dan hadits secara tidak utuh, menyimpang dari konteks, atau diputar maknanya untuk mendukung keyakinan mereka. Bagi umat Islam awam yang tidak memahami ilmu tafsir, sejarah Islam, dan kaidah ilmu hadits, dalil-dalil Syiah tampak seolah benar dan masuk akal. Padahal, di balik itu terdapat kesesatan dan kebohongan yang sangat berbahaya.

Artikel ini membahas bagaimana cara menjawab dalil-dalil yang sering digunakan oleh Syiah, agar umat Islam tidak tertipu dan mampu membentengi diri dari propaganda mereka.


1. Prinsip Dasar: Dalil Harus Sesuai Manhaj Ahlus Sunnah

Sebelum menjawab dalil-dalil Syiah, penting diketahui bahwa dalam Islam, pemahaman terhadap dalil harus mengacu pada metode para sahabat, tabi’in, dan ulama salaf.

Allah berfirman:

وَمَن يُشَاقِقِ ٱلرَّسُولَ مِنۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ ٱلْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ ٱلْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِۦ جَهَنَّمَ ۖ وَسَآءَتْ مَصِيرًۭا
“Barang siapa menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia dalam kesesatan yang telah dipilihnya itu dan Kami masukkan dia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.”
(QS. An-Nisa: 115)

Artinya, dalil tidak boleh dipahami menurut hawa nafsu atau tafsir menyimpang sebagaimana dilakukan oleh Syiah.


2. Dalil Syiah tentang Ghadir Khum

Klaim Syiah:

Syiah mengklaim bahwa Rasulullah ﷺ mengangkat Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dalam peristiwa Ghadir Khum, berdasarkan sabda Nabi:

مَنْ كُنْتُ مَوْلَاهُ فَعَلِيٌّ مَوْلَاهُ

"Barang siapa yang aku adalah mawlanya, maka Ali adalah mawlanya."

Jawaban Sunni:

Kata "mawla" dalam hadits ini tidak berarti pemimpin politik (khalifah), tetapi berarti orang yang dicintai dan dekat, atau sahabat yang loyal.

Bahkan dalam hadits ini, Rasulullah ﷺ bersabda demikian setelah Ali difitnah dalam suatu misi perang, maka Rasulullah menjelaskan bahwa Ali adalah orang yang dicintai dan harus dihormati, bukan untuk mengangkatnya sebagai khalifah.

Jika benar itu pengangkatan khalifah, mengapa tidak ada sahabat yang membaiat Ali saat itu?


3. Dalil Syiah tentang Ahlul Bait

Klaim Syiah:

Syiah mengutip ayat:

إِنَّمَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ ٱلرِّجْسَ أَهْلَ ٱلْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًۭا
“Sesungguhnya Allah hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai Ahlul Bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.”
(QS. Al-Ahzab: 33)

Mereka mengatakan bahwa ayat ini adalah dalil kemaksuman para imam Syiah dan hanya Ahlul Bait yang berhak menjadi pemimpin.

Jawaban Sunni:

Pertama, konteks ayat ini adalah pembicaraan tentang istri-istri Nabi ﷺ, sebagaimana ayat sebelumnya dan sesudahnya jelas ditujukan kepada istri Nabi dengan kata-kata "ya nisa'an-nabiyyi".

Kedua, makna "thaharah" (penyucian) di sini bukan berarti ma’shum (bebas dari dosa), tetapi maksudnya adalah Allah ingin agar Ahlul Bait memiliki akhlak yang suci dan bersih dari kemunafikan.

Ketiga, dalam riwayat sahih, Ahlul Bait bukan hanya keturunan Ali dan Fatimah, tapi juga istri-istri Nabi ﷺ.


4. Dalil Syiah tentang Wasiat Nabi kepada Ali

Klaim Syiah:

Mereka mengutip hadits-hadits palsu bahwa Rasulullah ﷺ telah berwasiat secara rahasia kepada Ali untuk menjadi imam sepeninggal beliau.

Jawaban Sunni:

Hadits tentang wasiat itu lemah bahkan palsu, dan tidak ditemukan dalam kutubus sittah yang sahih. Jika memang Rasul ﷺ menunjuk Ali, mengapa Abu Bakar, Umar, Utsman, dan seluruh sahabat utama tidak mengetahuinya? Bahkan Ali sendiri membaiat Abu Bakar dan Umar.

Ali berkata:

إِنَّهُ لَا بُدَّ لِلنَّاسِ مِنْ أَمِيرٍ بَرٍّ أَوْ فَاجِرٍ
“Manusia tetap membutuhkan seorang pemimpin, baik dia orang baik maupun fasiq.”
(Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliya)

Ali tidak pernah mengklaim bahwa dirinya ditunjuk oleh Nabi sebagai pemimpin.


5. Strategi Menjawab Dalil Syiah

A. Tanyakan sumbernya

Tanyakan dari kitab mana dalil itu dikutip. Biasanya mereka akan menyebut kitab-kitab Syiah seperti Al-Kafi atau Bihar al-Anwar, yang berisi ribuan hadits palsu.

B. Lihat konteks ayat atau hadits

Jangan tertipu dengan penggalan kalimat. Lihat ayat sebelumnya dan sesudahnya, serta sebab turunnya (asbabun nuzul).

C. Periksa sanad dan matan

Dalil Syiah sering tidak sahih. Ulama Ahlus Sunnah memiliki ilmu musthalah hadits yang kuat untuk memverifikasi sanad dan matan.

D. Gunakan penjelasan ulama salaf

Kembalikan tafsir ayat atau hadits kepada pemahaman sahabat dan tabi’in, bukan kepada ulama Syiah yang sudah punya niat menyimpang.


6. Penutup

Penyimpangan dalil oleh Syiah adalah fitnah besar bagi umat Islam. Mereka memakai ayat dan hadits untuk menguatkan keyakinan sesat mereka, padahal tafsir dan pemahamannya bertentangan dengan manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Umat Islam harus mempelajari ilmu agama dari sumber yang benar, mengikuti para ulama salaf, dan menolak semua bentuk penyimpangan dalil yang dijadikan senjata oleh Syiah.

Rasulullah ﷺ bersabda:

سَيَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي أَقْوَامٌ يُحَدِّثُونَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوا أَنْتُمْ وَلَا آبَاؤُكُمْ، فَإِيَّاكُمْ وَإِيَّاهُمْ
“Akan muncul di akhir umatku kaum yang menyampaikan kepada kalian hal-hal yang belum kalian dengar sebelumnya, dan tidak juga oleh nenek moyang kalian. Maka jauhilah mereka!”
(HR. Muslim)

Semoga Allah menjaga kita dari kesesatan Syiah dan menjadikan kita tetap teguh di atas jalan Ahlus Sunnah.

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: