Syiahindonesia.com – Salah satu aspek yang membedakan antara Ahlus Sunnah dan Syiah adalah cara mereka menafsirkan Al-Qur’an. Ahlus Sunnah berpegang pada tafsir yang bersumber dari para sahabat Nabi ﷺ dan tabi'in yang diterima secara luas oleh umat Islam. Sebaliknya, Syiah memiliki tafsir yang sangat berbeda, bahkan terkadang menyeleweng dari makna asli Al-Qur’an. Artikel ini akan membahas bagaimana Syiah telah melakukan pemalsuan dalam tafsir Al-Qur’an dan mengapa ini menjadi masalah serius bagi umat Islam.
1. Tafsir Berdasarkan Wilayah Kekuasaan dan Keturunan
Bagi Syiah, pemahaman terhadap Al-Qur’an sangat erat kaitannya dengan konsep imamah dan kewajiban mengikuti para imam, terutama Imam Ali bin Abi Thalib dan keturunannya. Oleh karena itu, tafsir yang berkembang dalam kalangan Syiah sering kali berfokus pada pemahaman bahwa ayat-ayat Al-Qur’an diturunkan khusus untuk memuliakan mereka atau untuk menunjukkan kebenaran ajaran mereka.
Misalnya, tafsir terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan imamah sering kali dimanipulasi untuk mengukuhkan pandangan mereka bahwa kepemimpinan setelah Nabi ﷺ hanya milik Ali dan para imam dari keturunannya. Padahal, dalam pemahaman Ahlus Sunnah, ayat-ayat tersebut tidak memiliki hubungan langsung dengan kedudukan seorang imam setelah Nabi ﷺ, melainkan lebih berkaitan dengan sifat umum seorang pemimpin Islam yang adil dan amanah.
2. Tafsir Al-Mut’ah: Penghalalan Zina?
Salah satu bentuk pemalsuan tafsir yang kontroversial dalam Syiah adalah penerimaan mereka terhadap mut’ah (pernikahan sementara). Dalam pandangan Syiah, pernikahan mut'ah adalah hal yang dibolehkan dan bahkan dianjurkan dalam beberapa keadaan. Mereka merujuk pada beberapa ayat Al-Qur’an yang mereka klaim mendukung praktik ini, meskipun pandangan ini tidak ditemukan dalam tafsir yang diterima oleh mayoritas umat Islam.
وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ إِلَّا عَلَىٰ أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ
"Dan mereka yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki…" (QS. Al-Mu’minun: 5)
Syiah menganggap ayat ini sebagai dalil yang memperbolehkan pernikahan mut'ah, padahal Ahlus Sunnah menafsirkan ayat ini dengan tegas mengharamkan segala bentuk hubungan seksual di luar pernikahan yang sah menurut syariat Islam. Mut'ah diharamkan oleh Nabi ﷺ dan para khalifah setelahnya, sebagaimana dalam hadits sahih:
"Ada tiga hal yang aku haramkan untuk kalian: mut'ah, makan daging binatang yang mati, dan minum khamar." (HR. Muslim)
3. Tafsir Ayat Wilayah: Manipulasi Konsep Kekuasaan
Syiah juga melakukan pemalsuan tafsir terhadap ayat wilayah yang mereka klaim sebagai dasar dari imamah. Salah satu ayat yang sering dikaitkan dengan konsep imamah dalam pandangan Syiah adalah:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّٰهُ وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
"Sesungguhnya wali (pemimpin) kalian adalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan salat dan menunaikan zakat, dalam keadaan rukuk."
(QS. Al-Maidah: 55)
Syiah menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib, yang memberi zakat dalam keadaan rukuk. Tafsir ini dipertanyakan oleh banyak ulama Ahlus Sunnah karena tidak ada bukti kuat dalam sejarah yang mendukung klaim tersebut. Dalam pemahaman Ahlus Sunnah, ayat ini merujuk kepada Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang menjalankan perintah Allah dengan penuh ketaatan, bukan hanya kepada Ali saja.
4. Tafsir terhadap Ayat Tahlil: Pengabaian terhadap Sahabat Nabi ﷺ
Selain itu, Syiah juga sering melakukan tafsir yang menyimpang terhadap ayat-ayat yang berkaitan dengan sahabat Nabi ﷺ. Salah satu ayat yang sering dijadikan alat untuk memojokkan sahabat Nabi adalah ayat tentang mujahidin dan ansar. Syiah cenderung mengabaikan fakta bahwa sahabat-sahabat Nabi ﷺ banyak yang mendapat pujian dari Allah dalam Al-Qur’an.
وَالسَّابِقُونَ الأَوَّلُونَ مِنَ المُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَّضِيَ اللَّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya."
(QS. At-Taubah: 100)
Namun, Syiah memutarbalikkan makna ayat-ayat semacam ini dengan menuduh sahabat-sahabat Nabi ﷺ melakukan pengkhianatan terhadap Islam. Padahal, Ahlus Sunnah meyakini bahwa para sahabat Nabi ﷺ adalah orang-orang pilihan yang telah mendapatkan jaminan surga dari Allah. Mereka memuliakan dan mencintai sahabat Nabi sebagai bagian dari ajaran Islam yang sahih.
5. Tafsir yang Bertentangan dengan Kaidah Ilmu Tafsir
Secara umum, tafsir yang berkembang di kalangan Syiah sering kali bertentangan dengan kaidah ilmiah dalam ilmu tafsir Al-Qur’an. Mereka lebih mengutamakan tafsir yang disandarkan kepada imam-imam mereka, yang menurut mereka lebih mengetahui hakikat wahyu, meskipun tidak ada bukti yang mendukung klaim ini.
إِنَّ هَذَا الْقُرْآنَ يَحْكُمُ بِالْعَدْلِ وَيُهْدِي إِلَىٰ أَحْسَنِ الْعَمَلِ
"Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberi keputusan yang adil dan menunjukkan jalan yang terbaik." (QS. Al-Isra: 9)
Berdasarkan ayat ini, Ahlus Sunnah berkeyakinan bahwa Al-Qur’an adalah petunjuk hidup yang jelas dan mudah dipahami oleh umat Islam secara umum. Namun, Syiah sering kali memberikan tafsir yang sangat rumit dan penuh dengan interpretasi yang tidak sesuai dengan makna literal Al-Qur’an.
6. Kesimpulan: Pemalsuan Tafsir Al-Qur’an dalam Syiah
Pemalsuan tafsir Al-Qur’an dalam keyakinan Syiah adalah bentuk penyimpangan yang perlu diwaspadai oleh umat Islam. Mereka mengubah makna ayat-ayat Al-Qur’an untuk mendukung ajaran yang bertentangan dengan pemahaman Islam yang sahih. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk tetap berpegang pada tafsir yang sesuai dengan pemahaman Ahlus Sunnah, yang didasarkan pada Al-Qur’an dan hadis yang shahih.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: