Syiahindonesia.com – Dalam sejarah panjang perbedaan antara Sunni dan Syiah, keduanya memiliki pemahaman yang berbeda tentang ajaran Islam. Namun, salah satu hal yang sering menjadi perhatian adalah perbedaan dalam cara pandang terhadap ulama masing-masing kelompok. Dalam hal ini, ada anggapan yang kuat di kalangan sebagian besar umat Islam Sunni bahwa ulama Syiah tidak dapat dipercaya dalam menyampaikan ajaran Islam. Artikel ini akan mengulas beberapa alasan mengapa pandangan tersebut muncul.
1. Aqidah Syiah yang Bertentangan dengan Ajaran Islam
Salah satu alasan utama mengapa banyak orang Sunni merasa tidak bisa mempercayai ulama Syiah adalah karena perbedaan akidah yang mendasar. Syiah memiliki ajaran yang sangat berbeda dengan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, khususnya dalam masalah Imamah. Syiah meyakini bahwa para imam mereka memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para nabi, dan bahwa para imam ini maksum (terbebas dari dosa) yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun selain mereka. Ini adalah klaim yang jelas bertentangan dengan ajaran Islam yang mengajarkan bahwa hanya Nabi Muhammad ﷺ yang memiliki kedudukan istimewa sebagai utusan Allah, sementara para sahabat dan imam bukanlah maksum.
"وَمَا يَنطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ"
“Dan dia (Muhammad) tidak berbicara berdasarkan hawa nafsunya. Tidak lain (apa yang dia ucapkan) adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)
Mengklaim bahwa ada individu selain Nabi ﷺ yang maksum, adalah penyimpangan yang jelas dari aqidah Islam yang murni.
2. Ajaran Taqiyah: Kebohongan sebagai Dasar
Taqiyah adalah salah satu ajaran utama dalam Syiah yang mengajarkan bahwa seseorang boleh berbohong atau menyembunyikan keyakinan mereka demi menghindari bahaya atau ancaman. Ini berarti seorang Syiah dapat berbicara atau bertindak dengan cara yang bertentangan dengan keyakinan mereka jika dirasa itu dapat menghindarkan mereka dari bahaya.
Padahal, dalam Islam, berbohong adalah dosa besar. Rasulullah ﷺ bersabda:
"إِنَّ الْكَذِبَ يُؤَدِّي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يُؤَدِّي إِلَى النَّارِ"
“Sesungguhnya kebohongan itu membawa kepada keburukan, dan keburukan membawa kepada neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Taqiyah menciptakan ketidakpastian dalam setiap ucapan dan tindakan seorang Syiah, yang bisa membuatnya sangat sulit untuk mempercayai mereka. Ketika ajaran ini dijadikan sebagai bagian dari agama mereka, maka sulit bagi umat Islam lainnya untuk mempercayai ulama Syiah yang menggunakan prinsip tersebut.
3. Klaim bahwa Al-Qur’an Telah Tertahrif (Dipalsukan)
Sebagian besar ulama Syiah percaya bahwa Al-Qur’an yang kita miliki saat ini tidak utuh dan telah mengalami perubahan. Mereka meyakini bahwa beberapa ayat Al-Qur’an telah hilang atau disembunyikan, dan hanya Imam-imam tertentu yang mengetahui versi asli dari wahyu Allah. Keyakinan ini bertentangan dengan keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang meyakini bahwa Al-Qur’an yang ada saat ini adalah wahyu yang utuh dan tidak berubah sejak zaman Nabi ﷺ.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ"
"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS. Al-Hijr: 9)
Keyakinan bahwa Al-Qur’an telah mengalami perubahan adalah bentuk penolakan terhadap janji Allah untuk menjaga kemurnian wahyu-Nya.
4. Penghinaan terhadap Sahabat dan Istri Nabi ﷺ
Salah satu masalah besar yang membuat ulama Syiah sulit dipercaya adalah penghinaan mereka terhadap para sahabat Nabi ﷺ, terutama Abu Bakar, Umar, dan Utsman, serta istri Nabi, Aisyah radhiyallahu 'anha. Dalam banyak kitab-kitab utama mereka, sahabat-sahabat Nabi ﷺ sering digambarkan dengan kata-kata yang sangat buruk, bahkan mereka dipandang sebagai pengkhianat yang telah mengkhianati Islam setelah wafatnya Nabi ﷺ.
Padahal, Al-Qur’an dengan tegas menyatakan bahwa Allah ridha kepada para sahabat yang mengikuti Rasul-Nya:
"وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ..."
“Dan orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshar… Allah ridha kepada mereka.” (QS. At-Taubah: 100)
Menghina sahabat adalah bentuk penolakan terhadap apa yang telah Allah tetapkan dalam Al-Qur’an.
5. Perbedaan dalam Konsep Keimanan
Ajaran Syiah juga mencakup klaim tentang keimaman, yang menurut mereka adalah suatu bentuk kewajiban bagi umat Islam untuk mengikuti para imam yang mereka anggap maksum. Ajaran ini secara signifikan bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang hanya mengakui bahwa Nabi Muhammad ﷺ adalah satu-satunya utusan Allah yang diberi wahyu, dan tidak ada makhluk lain yang memiliki kedudukan yang sama dengan beliau. Syiah menjadikan para imam sebagai pemimpin yang memiliki otoritas mutlak, yang berisiko merusak prinsip tauhid dalam Islam.
6. Ketidakjelasan dalam Penggunaan Dalil
Ulama Syiah sering menggunakan dalil-dalil yang tidak jelas atau diambil dari sumber-sumber yang tidak bisa diterima secara ilmiah. Mereka seringkali merujuk kepada hadits-hadits yang lemah atau bahkan palsu, yang hanya ditemukan dalam literatur mereka sendiri. Sumber-sumber ini tidak diakui oleh mayoritas ulama Sunni, dan sebagian besar dianggap sebagai tafsiran yang salah atau manipulasi terhadap hadits Nabi ﷺ.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, banyak faktor yang membuat umat Islam Sunni merasa sulit mempercayai ulama Syiah. Ketidakcocokan dalam akidah, ajaran taqiyah, klaim tentang perubahan Al-Qur’an, penghinaan terhadap sahabat Nabi ﷺ, dan distorsi dalam penggunaan dalil menjadi alasan utama mengapa ulama Syiah dianggap tidak dapat dipercaya oleh banyak kalangan Sunni. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam untuk menjaga kemurnian akidah dan tetap berpegang pada prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.
(albert/syiahindonesia.com)************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: