Breaking News
Loading...

 Unjuk Rasa Sampai 8 Malam di Iran Meluas


TEHERAN - Aksi protes yang dipicu oleh krisis air di provinsi Khuzestan barat daya Iran berlanjut selama delapan malam berturut hingga Kamis (23/7) waktu setempat. Aksi protes juga meluas ke provinsi tetangga Lorestan.

Demonstrasi dimulai pada 15 Juli yang awalnya terkonsentrasi di wilayah mayoritas Arab di Khuzestan yang kaya minyak. Wilayah tersebut merupakan rumah bagi etnis Arab yang telah lama mengeluhkan diskriminasi di Iran. Namun demonstrasi telah menyebar ke lebih banyak kota di Khuzestan, serta ke provinsi Lorestan barat.

Sebuah video di media sosial menunjukkan demonstran berunjuk rasa di kota Aligudarz di Lorestan. Para demonstran meneriakkan slogan-slogan menentang otoritas tertinggi Iran, Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei.

Menurut video tersebut, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di kota. "Ini Aligudarz pasukan keamanan menembaki orang biasa," kata seorang pria dalam satu video yang beredar di media sosial seperti dikutip dari laman Al Arabiya, Jumat (23/7).

Di provinsi Khuzestan, demonstrasi berlanjut di beberapa kota besar dan kecil, termasuk ibu kota provinsi Ahwaz dan kota pelabuhan Mahshahr. Pasukan keamanan juga dilaporkan menembaki pengunjuk rasa di Mahshahr. Namun keaslian laporan dalam video belum dapat diverifikasi secara independen.

Ada penurunan penting dalam jumlah video yang dibagikan secara daring dari Khuzestan dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya. Aktivis telah menghubungkan ini dengan pihak berwenang yang mengganggu akses internet di wilayah tersebut. Perusahaan pemantau internet global NetBlocks mengatakan pada Rabu (21/7) bahwa layanan internet ponsel di Iran telah terganggu sejak 15 Juli atau hari pertama protes.

"Data jaringan dari NetBlocks mengonfirmasi gangguan regional yang signifikan terhadap layanan internet seluler di Iran mulai Kamis 15 Juli 2021, berlangsung hampir sepekan kemudian pada Rabu 21 Juli 2021," katanya.

Pihak NetBlocks menambahkan efeknya mewakili penghentian internet hampir total yang kemungkinan akan membatasi kemampuan publik untuk mengekspresikan ketidakpuasan politik atau berkomunikasi satu sama lain dan dunia luar. Pada November 2019, Iran juga menutup akses ke internet selama beberapa hari di tengah meluasnya protes anti-pemerintah.\\
Aksi protes yang dipicu krisis air di provinsi Khuzestan barat daya Iran berlanjut
Iran sejauh ini telah mengonfirmasi kematian dua pemuda dan seorang petugas polisi dalam kekerasan yang terkait dengan protes. Pemerintah menyalahkan tiga kematian pada "perusuh" yang tidak dikenal.
Sementara aktivis mengatakan kedua pemuda itu, serta lebih banyak pengunjuk rasa, dibunuh oleh pasukan keamanan. Pejabat Iran, yang biasanya menggunakan istilah "perusuh" untuk merujuk pada pengunjuk rasa, menyalahkan kematian dalam protes di masa lalu pada pengunjuk rasa.
Organisasi Hak Asasi Manusia Ahwaz, yang memantau pelanggaran hak asasi manusia di Khuzestan, pada Jumat (23/7) menyebutkan tujuh warga yang dikatakan dibunuh oleh pasukan keamanan dalam protes di seluruh provinsi. Kelompok hak asasi menyebutkan 16 orang lainnya yang dikatakan ditangkap di Khuzestan sehubungan dengan protes.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan rakyat memiliki hak untuk memprotes situasi saat ini. "Harus menghadapi kekurangan air dan panas di atas 50 derajat Celcius sangat sulit dan melelahkan dan orang-orang memiliki hak untuk memprotes situasi saat ini," katanya seperti dikutip kantor berita resmi IRNA.
Presiden terpilih Ebrahim Raisi, yang akan mengambil alih kekuasaan dari Rouhani pada 5 Agustus, menyebut Khuzestan telah diabaikan. Dia pun bakal menunjuk seorang gubernur dengan kekuatan khusus untuk provinsi tersebut untuk mengatasi masalah-masalahnya secara lebih efektif.
Krisis air telah menghancurkan pertanian dan peternakan di Khuzestan dan menyebabkan pemadaman listrik di bagian lain negara itu. Kondisi tersebut memicu protes di beberapa kota awal bulan ini.
Pihak berwenang menyalahkan kekurangan air pada kekeringan parah. Akan tetapi, pengunjuk rasa mengatakan korupsi dan salah urus pemerintah serta kebijakan "diskriminatif" yang bertujuan mengubah demografi kawasanlah yang harus disalahkan. Protes di Khuzestan datang ketika ribuan pekerja di sektor energi utama Iran telah melancarkan pemogokan untuk upah dan kondisi kerja yang lebih baik.
Ekonomi Iran telah terpukul keras sejak 2018 ketika mantan presiden AS Donald Trump menarik Washington dari kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia dan menerapkan kembali sanksi besar-besaran terhadap negara itu. Pandemi Covid-19 telah memperburuk masalah ekonomi negara.
Sumber : republika




************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: