OCHA juga menambahkan bahwa dua wanita dan dua anak lainnya mengalami luka-luka dalam serangan yang dilancarkan pada Ahad (12/7) di provinsi Hajjah, yang berada di dekat ibu kota Yaman, Sanaa.
Provinsi Hajjah merupakan medan pertempuran antara pemberontak Syiah Houtsi dan pasukan pro-pemerintah yang didukung oleh koalisi Arab Saudi.
“Laporan awal menunjukkan bahwa serangan udara yang dilancarkan pada 12 Juli telah menewaskan tujuh anak dan dua wanita di distrik Washhah di provinsi Hajjah,” kata OCHA, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
Lisa Grande, koordinator OCHA untuk Yaman, mengatakan, “tidak dapat dipahami bahwa di tengah pandemi COVID 19, ketika opsi untuk gencatan senjata terus dirundingkan, tetapi masyarakat sipil terus terbunuh di Yaman.”
Pihak AS menuduh kedua belah pihak bersalah atas kejahatan perang yang telah terjadi di Yaman dalam kurun waktu lima tahun.
Pada Senin (13/7) koalisi pimpinan Arab Saudi mengakui kemungkinan jatuhnya korban sipil selama pasukannya melakukan operasi anti-Houtsi di provinsi Hajjah.
Koalisi tersebut juga mengatakan bahwa pihaknya berhasil mencegat dan menghancurkan tujuh pesawat tak berawak dan empat rudal balistik yang diluncurkan oleh pemberontak Syiah Houtsi.
Perang antara pemberontak Syiah Houtsi yang didukung Iran dan pasukan pro-pemerintah yang didukung oleh koalisi Arab Saudi dimulai pada Maret 2015, ketika pasukan koalisi Arab Saudi melakukn intervensi untuk mengusir pemberontak Syiah Houtsi yang menguasai sebagian wilayah Yaman, termasuk ibu kota Sanaa.
Perang tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang, menelantarkan 4 juta orang lainnya dan membuat 80% dari 29 juta penduduk Yaman bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup. (rafa/arrahmah.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: