Syiahindonesia.com, Mosul – Jumlah korban sipil serangan brutal Amerika Serikat dan militer Irak di Mosul terus meningkat. Menurut data yang dikeluarkan Departemen Pertahanan Sipil setempat pada Senin (27/03), total korban tewas sudah mencapai 531 orang.
Departemen yang mengurusi evakuasi para korban itu menjelaskan, seperti dilansir Al-Araby Al-Jadid, 200 di antara korban tersebut adalah anak-anak. Mayoritas tewas karena tertimpa reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara AS.
Korban terakhir yang berhasil dievakuasi pada Senin sebuah keluarga di Jalan Rumah Sakit Rahmah di lingkungan Mosul Baru. Petugas berhasil menyingkirkan atap rumah yang mengubur mereka. Di balik atap itu ditemukan jasad anggota keluarga yang terdiri dari seorang nenek, tiga anak kecil dan tiga orang dewasa.
Dalam konteks ini, pemerintah Baghdad mengirim tim pembantu dari Departemen Pertahanan Sipil kota Al-Karkh untuk membantu mengevakuasi para korban tewas yang masih tertimbun. Tim dikirim karena tim yang sudah ada kurang personil, di samping tidak memiliki alat memadai.
Sepanjang Senin, petugas hanya bisa membongkar 9 reruntuhan rumah. Padahal, masih terdapat 51 lainnya yang belum terjamah. Enam di antaranya merupakan rumah susun yang kemungkinan banyak penghuninnya.
Operasi pencarian janazah masih terus dilakukan meskipun petugas mengalami kesulitan. Selain tidak adanya alat memadai, minimnya pengalaman para petugas menghadapi kondisi tersebut menjadikan proses evakuasi berjalan lambat. Bahkan, sejumlah jasad rusak akibat terkena alat petugas.
Para pejabat Mosul menegaskan bahwa jumlah korban masih akan terus bertambah. Terlebih, serangan sengit kembali terjadi di sejumlah lingkungan di Mosul barat.
Di sisi lain, pemerintah Irak terus berupaya berlepas tangan dari pembantaian tersebut melalui pernyataan resmi. Kendati demikian, Jenderal AS untuk operasi Timur Tengah Jenderal Joe Vutl mengatakan pihaknya akan menyelidiki pembantaian yang dia sebut “tragedi mengerikan” itu.
Militer AS sendiri mengakui pihaknya melakukan operasi penggempuran terhadap ISIS di Mosul barat, yang merupakan kawasan padat peduduk. AS berlasan serangan itu diluncurkan atas permintaan pasukan pemerintah Irak.
Sejumlah laporan bahkan menyebutkan sejumlah bom terlarang digunakan dalam operasi tersebut. Media dan petugas evakuasi mengungkap jatuhnya ratusan korban sipil akibat serangan AS. (kiblat)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
Departemen yang mengurusi evakuasi para korban itu menjelaskan, seperti dilansir Al-Araby Al-Jadid, 200 di antara korban tersebut adalah anak-anak. Mayoritas tewas karena tertimpa reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara AS.
Korban terakhir yang berhasil dievakuasi pada Senin sebuah keluarga di Jalan Rumah Sakit Rahmah di lingkungan Mosul Baru. Petugas berhasil menyingkirkan atap rumah yang mengubur mereka. Di balik atap itu ditemukan jasad anggota keluarga yang terdiri dari seorang nenek, tiga anak kecil dan tiga orang dewasa.
Dalam konteks ini, pemerintah Baghdad mengirim tim pembantu dari Departemen Pertahanan Sipil kota Al-Karkh untuk membantu mengevakuasi para korban tewas yang masih tertimbun. Tim dikirim karena tim yang sudah ada kurang personil, di samping tidak memiliki alat memadai.
Sepanjang Senin, petugas hanya bisa membongkar 9 reruntuhan rumah. Padahal, masih terdapat 51 lainnya yang belum terjamah. Enam di antaranya merupakan rumah susun yang kemungkinan banyak penghuninnya.
Operasi pencarian janazah masih terus dilakukan meskipun petugas mengalami kesulitan. Selain tidak adanya alat memadai, minimnya pengalaman para petugas menghadapi kondisi tersebut menjadikan proses evakuasi berjalan lambat. Bahkan, sejumlah jasad rusak akibat terkena alat petugas.
Para pejabat Mosul menegaskan bahwa jumlah korban masih akan terus bertambah. Terlebih, serangan sengit kembali terjadi di sejumlah lingkungan di Mosul barat.
Di sisi lain, pemerintah Irak terus berupaya berlepas tangan dari pembantaian tersebut melalui pernyataan resmi. Kendati demikian, Jenderal AS untuk operasi Timur Tengah Jenderal Joe Vutl mengatakan pihaknya akan menyelidiki pembantaian yang dia sebut “tragedi mengerikan” itu.
Militer AS sendiri mengakui pihaknya melakukan operasi penggempuran terhadap ISIS di Mosul barat, yang merupakan kawasan padat peduduk. AS berlasan serangan itu diluncurkan atas permintaan pasukan pemerintah Irak.
Sejumlah laporan bahkan menyebutkan sejumlah bom terlarang digunakan dalam operasi tersebut. Media dan petugas evakuasi mengungkap jatuhnya ratusan korban sipil akibat serangan AS. (kiblat)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: