Breaking News
Loading...

Inilah Alasan Mengapa Kita Harus Bersikap Tegas Terhadap Syiah (Bag. 2)
Syiahindonesia.com - Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas mengenai satu alasan mengapa kita harus bersikap tegas terhadap Syiah (baca: Inilah Alasan Mengapa Kita Harus Bersikap Tegas Terhadap Syiah (Bag. 1). Berikut lanjutan dari artikel pertama;

Kedua: Bahaya Syi’ah di Dunia Islam

Tidak diragukan lagi bahwa penyebaran ajaran Syi’ah demikian gencar dilakukan di berbagai negeri Islam. Ajaran Syiah ini tidak hanya marak di tempat asalnya seperti Iran, Irak dan Lebanon, namun saat ini berlangsung sangat gencar di Bahrain, Emirat Arab, Suriah, Yordania, Saudi Arabia, Mesir, Afghanistan, Pakistan dan negara-negara muslim lainnya. Parahnya lagi banyak orang yang menganut pemikiran-pemikiran dan prinsip-prinsip Syi’ah tanpa mengetahui bahwa mereka adalah Syi’ah. Setelah menulis beberapa artikel ini, kami mendapat banyak sekali surat-surat yang penulisnya mengaku Sunni, namun isinya penuh dengan pemikiran dan gaya Syi’ah.

Sangat jelas juga bagi kita mengenai kampanye buruk yang ditujukan kepada para sahabat lewat media massa dan saluran-saluran televisi di negeri-negeri Sunni. Yang paling popular adalah hujatan dalam salah satu koran Mesir terhadap kehormatan Aisyah radhiallahu ‘anha beberapa saat ini. Demikian pula dalam salah satu Koran lainnya mengenai kampanye yang mereka usung terhadap Shahih Bukhari, termasuk acara televisi yang dibawakan oleh wartawan terkenal dan selalu mengkritik para sahabat dalam setiap episode.

Masalah semakin rumit dan tidak bisa didiamkan, mengingat adanya perkawinan silang antara manhaj Syi’ah dengan Sufi, dengan dakwaan bahwa Syiah dan Sufi juga mencintai Ahli bait.Kita semua tahu bahwa faham tasawuf demikian santer menyebar di banyak negara. Dan faham ini telah terjangkiti virus bid’ah, khurafat dan kemunkaran yang demikian banyak, kemudian bertemu dengan Syi’ah dalam hal pengkultusan Ahli bait. Dari sini, penyebaran Syi’ah sangat mudah ditebak seiring dengan menyebarnya tarekat-tarekat Sufi.

Ketiga: Kondisi di Irak sangat mengkhawatirkan
Pembantaian kaum muslimin Ahlisunnah yang disebabkan identitas mereka adalah fenomena biasa dan sering terjadi.Sekjen ulama Ahlisunnahdi Irak bernama Harits Adh Dhaary menyebutkan tercatat lebih dari seratus ribu kaum muslimin Sunni dibunuh oleh Syi’ah sejak tahun 2003 hingga 2006. Ditambah proses deportasi yang terus menerus di beberapa lokasi demi mempermudah kekuasaan Syi’ah di sana. Dan mayoritas mereka yang dideportasi keluar dari Irak adalah Ahlisunnah; hal ini akhirnya menyebabkan perubahan susunan masyarakat yang sangat berbahaya. Pertanyaannya adalah: “Apakah fitnah yang timbul ketika membahas masalah Syi’ah lebih berbahaya dari fitnah terbunuhnya sekian banyak warga Ahlisunnah? Sampai kapan masalah ini mesti didiamkan? Padahal semua orang tahu betapa solidnya dukungan Iran dalam pembersihan etnik Ahlisunnah?”

Keempat: Ambisi Iran terhadap Irak demikian besar, bahkan hal ini sangat nampak dan nyata. Sebab kedua negara tersebut sebelumnya pernah terlibat perang sengit selama delapan tahun, sementara saat ini jalan itu terbuka sangat lebar bagi Iran. Apalagi Irak memiliki nilai religius penting bagi kaum Syi’ah, mengingat adanya wilayah-wilayah suci di sana, termasuk enam makam Imam Syi’ah. Di Najaf terdapat makam Ali bin Abi Thalib, di Karbala’ terdapat kuburan Husain, dan di Baghdad terdapat makam Musa Al Kadhim dan Muhammad Al Jawwad, tepatnya di wilayah Al Kadhimiyyah. Sedangkan di Samarra terdapat makam Muhammad Al Hadi dan Hasan Al ‘Askari; dan masih banyak kuburan-kuburan palsu lain yang diklaim sebagai kuburan para Nabi seperti Adam, Nuh, Hud dan Shalih di Najaf; namun sebagaimana diketahui bahwa semuanya itu tidak benar.

Selain bahayanya ambisi Iran di Irak, Amerika juga mendukung terwujudnya ambisi tersebut. Kita semua menyaksikan bagaimana pemerintahan Syi’ah bentukan Amerika di Irak. Sandiwara saling tuduh antara Amerika dan Iran sudah tidak mempan lagi sekarang, sebab tidak pernah terlintas dalam benak Amerika untuk menyerang Iran sama sekali, akan tetapi yang sangat mencemaskan bukanlah ambisi untuk menguasai minyak atau kekayaan Irak saja, bukan pula sekedar memperluas kekuasaan Syi’ah; namun parahnya mereka menjadikan kebrutalan dan sadisme tersebut sebagai bagian dari agama mereka.

Syi’ah menuduh para sahabat dan pengikut mereka dari kalangan Ahlisunnahsebagai musuh-musuh ahli bait dan menjulukinya dengan naashibah atau nawaashib,padahal kita lebih menghargai ahli bait daripada mereka. Mereka kemudian mengeluarkan statement-statement mengerikan sebagai akibat dari tuduhan-tuduhan tersebut,Al Khumaini misalkan, ia membuat pernyataan bahwa:  “Pendapat yang paling kuat adalah, mengkatagorikan an nashib (Ahlisunnah) kepadaorang-orang yang berhak diperangi, boleh mengambil harta mereka sebagai ghanimah dan mengambil khumusnya. Yang jelas, diperbolehkan mengambil harta mereka dimanapun kalian dapati mereka, dengan cara apapun, serta wajib bagi mereka untuk mengeluarkan khumus.”

Tatkala imam mereka bernama Muhammad Shadiq Ar Ruhani ditanya tentang hukum orang yang mengingkari keimaman yang dua belas, dia mengatakan perkataan yang aneh: “Sesungguhnya imamah lebih tinggi dari kenabian dan kesempurnaan agama ini ialah dengan menjadikan Amirul mukminin alaihissalam sebagai imam; Allah berfirman:

ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu,” [QS Al-Maidah:3]Dan barangsiapa tidak mempercayai keimaman dua belas imam, maka ia mati dalam kekafiran.”

Kami telah menyebutkan dalam makalah tentang “Pokok Ajaran Syiah”, bahwa Al Khumaini pernah membuat pernyataan dalam bukunya berjudul “Al Hukumah Al Islamiyyah”, bahwa para imam memiliki kedudukan yang tidak pernah dicapai oleh para Malaikat maupun para Rasul sekalipun.Maka tidak mengakui keimaman menurut mereka lebih berat dari pada tidak mengakui kenabian, inilah penafsiran yang dijadikan Syi’ah untuk mengkafirkan Ahlisunnah, diikuti dengan penghalalan darah mereka di Irak dan negeri-negeri lainnya. Oleh karena itu, Irak harus dimasukkan dalam wilayah kekuasaan mereka karena banyaknya tempat-tempat ‘suci’ mereka yang masih dikuasai oleh orang-orang yang mereka anggap kafir.

Kelima; Ancaman langsung tak berhenti di Irak saja, namun ambisi mereka terus meningkat untuk menguasai wilayah sekitarnya. Mereka menganggap Bahrain sebagai bagian dari Iran, sebagaimana pernyataan kepala penyelidikan umum Ali Akbar Nathiq Nuri di kantor pemimpin revolusi saat peringatan 30 tahun revolusi Iran. Ia mengatakan: “Pada dasarnya Bahrain adalah propinsi Iran yang keempat belas, yang diwakili oleh seorang legislatif di majelis permusyawaratan Iran”

Telah nyata bagi kita bahwa Iran menduduki kekuasaan penting di tiga wilayah pemerintahandi teluk Arab.Pemerintahan mereka juga terus bertambah dalam skala yang cukup besar,dengan prosentase mencapai 15% dari penduduk negeri tersebut.Mereka berhasil menguasai pusat-pusat perdagangan terutama di Dubai.

Demikian pula kondisinya di Arab Saudi yang tidak stabil; yang sejak revolusi Iran tahun 1979 M, berbagai kekacauan terjadi berulang kali di Arab Saudi. Bahkan itu terjadi langsung setelah revolusi Iran, dengan munculnya demonstrasi syi’ah di Qathif dan Saihat, yang paling besar adalah tanggal 19 November 1979 M,bahkan permasalahannya semakin parah hingga berubah menjadi tindak anarkhis dan kejahatan di Baitullah Makkah. Sebagaimana yang pernah terjadi pada musim haji tahun 1987 dan 1989. Bahkan pasca jatuhnya pemerintahan Saddam Husein, sekitar 450 tokoh Syi’ah di Saudi mengajukan petisi kepada putera mahkota, yaitu Pangeran Abdullah dan meminta agar diberi jabatan-jabatan tinggi di dewan parlemen, jalur diplomasi, badan militer dan keamanan, serta menambah jumlah mereka di dewan legislatif.

Bahkan Ali Syamkhani, yang merupakan penasehat tertinggi militer bagi pimpinan umum garda revolusi Iran menyatakan dengan lantang, bahwa bila Amerika menyerang proyek nuklir Iran, maka Iran tidak sekedar membalas dengan menyerang fasilitas milik Amerika di teluk, namun akan menggunakan rudal-rudal balistiknya untuk menyerang target-target strategisnya di teluk Arab. Pernyataan ini dilansir oleh majalah Times Inggris pada hari Ahad 10 November 2007 M.

Apa ini sudah menjelaskan semuanya?!
Tidak! Masih banyak sekali hal-hal yang belum kami sebutkan.

Dalam makalah ini kami baru menyebutkanlima hal yang menjelaskan betapa seriusnya masalah Syi’ah dan urgensinya. Masih ada lima hal lain yang tak kalah penting, namun kami khawatirjika kami menyebutkannya di kesempatan yang ringkas ini, maka kamitidak tersampaikan secara deetail. oleh karena itu, kami akan menangguhkannya –dengan izin Allah- di makalah berikutnya tentang sikap kami terhadap Syi’ah. Dalam makalah itu kami akanmemaparkan metode yang optimal untuk menangani kondisi yang berbahaya ini.

Masalah Syi’ah ini bukanlah masalah sepele dalam sejarah ummat Islam, hingga pantas untuk ditinggalkan atau ditunda… namun masalah ini merupakan masalah yang mesti diprioritaskan bagi umat Islam. Kita semua mengetahui bagaimana Palestina dibebaskan dari tangan kaum Salibis lewat tangan Shalahuddien; dan itu tidak terjadi kecuali setelah beliau membebaskan Mesir dari kekuasaan Syi’ah Ubeidiyyah. Ketika itu Shalahuddien tidak mengatakan bahwa perang salib harus lebih diprioritaskan dari pada menyingkirkan kekuasaan Syi’ah dari Mesir. Hal itu karena beliau yakin bahwa kaum muslimin tidak akan mendapat pertolongan kecuali bila akidah mereka bersih dan tentara mereka ikhlas.Shalahuddien juga tidak memaksa rakyat Mesir untuk berperang bersamanya demi target utamanya (yaitu pembebasan Palestina), kecuali setelah membebaskan mereka dari belenggu-belenggu Syi’ah Ubeidiyyah. Apa yang kami sebutkan tentang Mesir di masa Shalahuddien sama dengan yang kami sebutkan tentang Irak sekarang ini, demikian pula dengan setiap negara yang terancam oleh Syi’ahisasi, dan kita harus mengambil pelajaran dari sejarah! (Nisyi/Syiahindonesia.com)

Sumber: As-Syiah Nidhol am Dholal oleh DR. Raghib As Sirjani.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: