Breaking News
Loading...

Mengapa Syiah Mengubah Sejarah Islam?


Syiahindonesia.com
– Perbedaan antara Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Syiah tidak hanya terletak pada aspek fiqih, melainkan merambah pada hal yang sangat fundamental, yaitu sejarah Islam itu sendiri. Syiah dikenal sebagai kelompok yang tidak menerima sejarah Islam sebagaimana yang diwariskan oleh mayoritas umat Islam. Bahkan, mereka memiliki narasi sejarah sendiri yang banyak bertentangan dengan sumber-sumber yang otentik dan diakui oleh mayoritas ulama.

Salah satu alasan utama mengapa Syiah mengubah sejarah Islam adalah untuk mendukung doktrin imamah—yaitu keyakinan bahwa kepemimpinan umat Islam pasca wafatnya Rasulullah ﷺ hanya sah jika berada di tangan para imam dari keturunan Ali bin Abi Thalib dan Fatimah az-Zahra. Untuk membenarkan doktrin ini, Syiah harus merevisi atau bahkan menghapus sejumlah fakta sejarah yang tidak sesuai dengan ajaran mereka.

Merekonstruksi Sejarah untuk Menyanggah Khilafah Abu Bakar

Dalam pandangan Syiah, kekhalifahan Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan adalah hasil dari “perebutan kekuasaan” yang zalim. Mereka meyakini bahwa Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya yang berhak menjadi khalifah sepeninggal Nabi ﷺ, bukan melalui musyawarah umat sebagaimana yang terjadi di Saqifah.

Untuk menguatkan posisi ini, Syiah memutarbalikkan sejarah dan menuduh para sahabat yang mulia sebagai pengkhianat, termasuk istri Rasulullah ﷺ, Aisyah radhiyallahu ‘anha. Padahal, Allah sendiri telah menyucikan para istri Nabi dalam Al-Qur’an:

يَا نِسَاءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَأَحَدٍ مِّنَ النِّسَاءِ
"Wahai istri-istri Nabi, kalian tidak seperti wanita-wanita lain..."
(QS. Al-Ahzab: 32)

Mereka juga menyebarkan narasi bahwa Ali bin Abi Thalib dipaksa membaiat Abu Bakar, padahal riwayat-riwayat sahih menunjukkan bahwa beliau membaiat Abu Bakar secara sukarela dan hidup dalam keharmonisan bersama para khalifah lainnya.

Penghapusan Jasa-Jasa Sahabat Nabi

Syiah juga dikenal sering mengabaikan atau menafikan jasa-jasa besar para sahabat seperti Umar bin Khattab yang memperluas wilayah Islam, dan Utsman bin Affan yang membukukan Al-Qur’an. Bahkan sebagian literatur Syiah menuduh Umar sebagai biang keladi berbagai kekacauan, termasuk kematian Fatimah radhiyallahu ‘anha, meskipun tidak ada bukti sahih yang mendukung klaim ini.

Dengan menghapus jasa para sahabat dan mengganti narasi sejarah, Syiah berusaha membentuk persepsi bahwa umat Islam selama ini telah “tersesat” karena mengikuti sejarah yang tidak benar.

Al-Qur’an Versi Syiah?

Perubahan sejarah oleh Syiah tidak berhenti pada biografi para sahabat, tapi juga menimbulkan tuduhan bahwa mereka memiliki mushaf yang berbeda. Meskipun sebagian ulama Syiah modern membantah ini, dalam banyak literatur klasik Syiah seperti Kitab Al-Kafi, terdapat pengakuan tentang perubahan Al-Qur’an dan adanya ayat-ayat yang "dianggap hilang", terutama yang menyebutkan nama Ali secara eksplisit.

Ini adalah bentuk nyata bagaimana pemahaman sejarah yang salah bisa berujung pada penyimpangan aqidah yang sangat berbahaya.

Upaya Penulisan Ulang Sejarah oleh Tokoh-tokoh Syiah

Beberapa penulis Syiah kontemporer juga aktif menulis ulang sejarah Islam. Salah satunya adalah dengan menggambarkan tokoh-tokoh seperti Abu Lu’luah al-Majusi—pembunuh Umar bin Khattab—sebagai pahlawan. Bahkan, ada peringatan "Hari Pembebasan" yang diselenggarakan oleh sebagian komunitas Syiah sebagai bentuk "kebanggaan" atas kematian Umar.

Ini menunjukkan bahwa narasi sejarah versi Syiah bukan hanya menyimpang, tapi juga berpotensi memecah belah umat Islam.

Menjaga Sejarah Islam yang Murni

Umat Islam harus menyadari pentingnya menjaga kemurnian sejarah Islam. Sejarah bukan hanya kumpulan kisah masa lalu, tetapi juga menjadi dasar dalam memahami agama secara utuh. Oleh karena itu, merujuk kepada kitab-kitab sejarah yang ditulis oleh para ulama Ahlus Sunnah seperti Tarikh al-Tabari, Sirah Ibn Ishaq, dan al-Bidayah wa al-Nihayah karya Ibnu Katsir adalah keharusan.

Allah Ta’ala telah memerintahkan kita untuk jujur dan adil, termasuk dalam menyampaikan kisah dan sejarah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ
"Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar-benar menegakkan keadilan karena Allah..."
(QS. Al-Ma'idah: 8)

Penutup

Penyimpangan Syiah dalam sejarah Islam adalah salah satu jalan masuk untuk menyebarkan ajaran sesat mereka. Dengan mengubah sejarah, mereka membentuk paradigma yang mendukung klaim-klaim sesat mereka tentang imamah, taqiyyah, dan raj’ah. Maka, penting bagi setiap Muslim untuk waspada, membekali diri dengan ilmu, dan tidak mudah percaya dengan narasi-narasi sejarah yang tidak berdasar.

Sebagaimana pesan ulama salaf: “Agama ini adalah agama sanad. Kalau bukan karena sanad, niscaya setiap orang akan berkata sesuka hatinya tentang agama.”

(albert/syiahindonesia.com)



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: