Syiahindonesia.com - Setiap tanggal 10 Muharram, kaum Syiah di berbagai penjuru dunia memperingati Asyura dengan cara-cara yang jauh dari tuntunan Rasulullah ﷺ. Bukan dengan ibadah, melainkan dengan ratapan, tangisan, dan bahkan penyiksaan terhadap diri sendiri. Dalam artikel ini, kita akan mengkritisi bagaimana perayaan Asyura dalam tradisi Syiah tidak hanya menyimpang dari ajaran Islam, tetapi juga berpotensi merusak akidah dan citra Islam itu sendiri.
Asyura dalam Pandangan Islam
Hari Asyura dalam Islam adalah momentum puasa dan pengingat atas kemenangan Nabi Musa عليه السلام atas Fir’aun. Rasulullah ﷺ bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ
"Puasa pada hari Asyura, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun sebelumnya."
(HR. Muslim)
Namun, peringatan yang dilakukan oleh Syiah sama sekali tidak berhubungan dengan semangat puasa dan kesyukuran.
Ritual Ratapan dan Penyiksaan Diri
Kaum Syiah memperingati Asyura dengan:
Memukul-mukul dada dan kepala
Menyayat tubuh dengan benda tajam
Tathbir (melukai kepala dengan pedang)
Menggelar drama kesedihan tragedi Karbala
Semua tindakan ini tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ maupun oleh para sahabat. Bahkan, Rasulullah ﷺ memperingatkan:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ، وَشَقَّ الْجُيُوبَ، وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
"Bukan termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek baju, dan menyeru dengan seruan jahiliyyah."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tradisi menyakiti diri sendiri adalah warisan budaya pra-Islam dan tidak memiliki landasan syar’i.
Propaganda dan Politisasi Asyura
Perayaan Asyura juga dijadikan sebagai momen propaganda oleh Syiah untuk:
Menanamkan kebencian kepada sahabat Nabi ﷺ
Menyebarluaskan doktrin imamah
Menggiring opini bahwa Ahlus Sunnah adalah musuh Ahlulbait
Narasi peristiwa Karbala dipelintir sedemikian rupa sehingga menjadi bahan bakar sektarianisme. Padahal, kebenaran sejarah tidak seperti yang mereka dramatisir. Hal ini membuat umat Islam awam terperdaya dan mulai bersimpati kepada Syiah tanpa sadar.
Bertentangan dengan Prinsip Islam
Islam mengajarkan keseimbangan antara kesedihan dan keteguhan hati. Ketika Nabi ﷺ ditinggal wafat oleh anaknya, beliau hanya menangis dan berkata:
"Hati bersedih, mata menangis, tetapi kami tidak mengatakan kecuali yang diridhai oleh Allah."
Tidak ada tindakan histeris apalagi penyiksaan diri. Maka, ritual Asyura ala Syiah adalah bentuk ghuluw (berlebihan) dalam beragama yang dilarang dalam Islam:
يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لَا تَغْلُوا فِي دِينِكُمْ
"Wahai Ahli Kitab, janganlah kalian berlebih-lebihan dalam agama kalian."
(QS. An-Nisa: 171)
Jika Ahlul Kitab saja dilarang bersikap ghuluw, apalagi umat Islam yang memiliki tuntunan sempurna dari Rasulullah ﷺ.
Kesimpulan
Perayaan Asyura dalam tradisi Syiah merupakan bentuk penyimpangan dari ajaran Islam yang lurus. Alih-alih menjadi hari ibadah dan refleksi spiritual, ia dijadikan sebagai panggung drama, penyiksaan fisik, dan penyebaran kebencian. Umat Islam hendaknya mewaspadai upaya-upaya distorsi terhadap ajaran Islam yang dilakukan atas nama cinta Ahlulbait.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: