Breaking News
Loading...

 Kesalahan Fatal Syiah dalam Memahami Al-Qur'an


Syiahindonesia.com
– Al-Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup bagi manusia. Ia diturunkan secara bertahap, dijaga kemurniannya, dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad ﷺ dengan penuh hikmah. Namun, Syiah memiliki cara pandang yang sangat berbeda dalam memahami Al-Qur’an, yang tidak hanya menyimpang tetapi juga berpotensi menyesatkan umat dari jalan Allah.

Artikel ini akan membongkar kesalahan-kesalahan fatal yang dilakukan Syiah dalam memahami dan menafsirkan Al-Qur’an, berdasarkan literatur mereka sendiri, serta menunjukkan betapa bahayanya jika pemahaman ini dibiarkan berkembang di tengah umat.


1. Keyakinan Syiah bahwa Al-Qur’an Tidak Lengkap

Salah satu doktrin berbahaya yang dipegang oleh sebagian besar ulama Syiah klasik adalah bahwa Al-Qur’an telah mengalami tahrif (penyimpangan atau perubahan). Mereka meyakini bahwa sebagian ayat Al-Qur’an yang menyebut keutamaan Ali bin Abi Thalib dan para imam telah dihapus oleh para sahabat.

Dalam kitab Al-Kafi karya Al-Kulaini, kitab hadits terpenting bagi Syiah, disebutkan:

"إن القرآن الذي جاء به جبرئيل إلى محمد ﷺ سبعة عشر ألف آية."
“Sesungguhnya Al-Qur’an yang dibawa Jibril kepada Muhammad ﷺ berjumlah 17.000 ayat.”
(Al-Kafi, Jilid 2, hal. 634)

Padahal Al-Qur’an yang kita kenal berjumlah 6.236 ayat. Artinya, menurut mereka, ada lebih dari 10.000 ayat yang hilang!

Ini adalah pengingkaran terhadap janji Allah yang telah menegaskan:

"إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ"
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan adz-Dzikr (Al-Qur’an), dan sesungguhnya Kami benar-benar menjaganya.”
(QS. Al-Hijr: 9)

Mengatakan Al-Qur’an tidak lengkap sama saja dengan menuduh Allah tidak mampu menjaga wahyu-Nya, sebuah bentuk kekufuran besar.


2. Penafsiran Al-Qur’an Secara Bathiniyah dan Simbolik

Syiah banyak menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an dengan metode bathiniyah, yakni penafsiran tersembunyi berdasarkan tafsir imajinatif dan keyakinan terhadap para imam. Mereka tidak memahami Al-Qur’an secara zhahir (tekstual) sebagaimana metode Ahlus Sunnah, tetapi malah menafsirkannya secara simbolik demi menyesuaikan dengan doktrin Syiah.

Contohnya:

  • Ayat "إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ..." (QS. Al-Ma’idah: 55) mereka tafsirkan bahwa yang dimaksud adalah Ali bin Abi Thalib, dan bahwa ayat ini menetapkan imamah Ali, padahal konteksnya umum tentang kepemimpinan Allah dan Rasul.

  • Ayat "إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ..." (QS. Al-Ahzab: 33), disebut sebagai dalil bahwa hanya Ahlulbait (versi Syiah) yang suci dan maksum, padahal ayat ini turun dalam konteks istri-istri Nabi ﷺ.

Penafsiran seperti ini tidak berdasarkan ilmu tafsir yang sah, tapi hanya untuk menjustifikasi ajaran sesat mereka.


3. Menganggap Para Imam Sebagai Penafsir Satu-Satunya

Syiah meyakini bahwa Al-Qur’an tidak bisa dipahami kecuali lewat penjelasan para imam mereka, bahkan mereka mengatakan imam lebih tahu isi Al-Qur’an daripada Nabi Muhammad ﷺ sendiri!

قال أبو جعفر: "ما يستطيع أحد أن يدّعي أن عنده جميع القرآن ظاهره وباطنه غير الأوصياء."
“Tidak ada seorang pun yang bisa mengklaim mengetahui seluruh Al-Qur’an, lahir dan batinnya, kecuali para imam.”
(Al-Kafi, Jilid 1, hal. 228)

Ini bertentangan dengan sabda Rasulullah ﷺ:

"تركت فيكم أمرين، لن تضلوا ما تمسكتم بهما: كتاب الله وسنتي."
“Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara; kalian tidak akan tersesat selama berpegang pada keduanya: Kitab Allah dan Sunnahku.”
(HR. Malik)

Rasulullah ﷺ tidak mengatakan: “Kitab Allah dan para imam,” tapi “Kitab Allah dan Sunnahku”.


4. Mencampuradukkan Antara Ayat dengan Riwayat Palsu

Syiah sering kali memaksakan ayat-ayat Al-Qur’an agar sesuai dengan hadits-hadits batil dalam literatur mereka. Misalnya, mereka mengklaim bahwa nama para imam disebut secara tersirat dalam ayat-ayat tertentu, padahal tidak ada landasan tafsir sahih dari kalangan salaf mengenai hal itu.

Dalam tafsir mereka, ayat "وَعَلَى الْأَعْرَافِ رِجَالٌ..." (QS. Al-A’raf: 46) diklaim sebagai para imam Syiah yang bisa menyelamatkan dan menghukum manusia di akhirat.
Padahal penafsiran ini tidak memiliki dasar dari Rasulullah ﷺ maupun para sahabat.


5. Menghalalkan Penambahan dan Penghapusan Makna

Metode tafsir Syiah sering kali melakukan penambahan makna yang tidak ada dalam nash, bahkan mengklaim ada ayat-ayat yang dihapus oleh para sahabat karena tidak mendukung Ali dan para imam.

Ini adalah bentuk tahrif maknawi (penyimpangan makna), dan ini termasuk dosa besar dalam Islam. Allah berfirman:

"أَفَتُؤْمِنُونَ بِبَعْضِ الْكِتَابِ وَتَكْفُرُونَ بِبَعْضٍ؟"
“Apakah kalian beriman kepada sebagian Al-Kitab dan ingkar kepada sebagian lainnya?”
(QS. Al-Baqarah: 85)


Kesimpulan: Pemahaman Syiah terhadap Al-Qur’an Adalah Penyimpangan Besar

Berdasarkan literatur mereka sendiri, Syiah melakukan kesalahan fatal terhadap Al-Qur’an, di antaranya:

  • Menganggap Al-Qur’an tidak lengkap.

  • Menafsirkan ayat secara bathiniyah demi membenarkan imamah.

  • Mengganti peran Nabi dan sahabat dengan para imam.

  • Menggunakan riwayat palsu dalam menafsirkan wahyu.

  • Menyebarkan tafsir yang bertentangan dengan ijma’ ulama dan tafsir salaf.

Ini semua menunjukkan bahwa Syiah bukanlah bagian dari Islam yang lurus, melainkan ideologi sesat yang merusak pondasi akidah umat dari dalam.

"وَإِنَّهُ لَكِتَابٌ عَزِيزٌ، لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ"
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu adalah kitab yang mulia, tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya.”
(QS. Fussilat: 41–42)

Mari kita jaga kemurnian Al-Qur’an dan pemahaman Islam yang benar dengan berpegang teguh pada tafsir sahih para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.



************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: