Syiahindonesia.com – Dalam menghadapi derasnya arus penyebaran paham Syiah di Indonesia, penting bagi umat Islam untuk memahami metode yang digunakan oleh kelompok ini dalam menyebarkan ajaran mereka. Salah satu cara paling berbahaya yang dilakukan oleh kaum Syiah adalah dengan memalsukan dalil-dalil dalam kitab-kitab mereka guna melegitimasi keyakinan yang bertentangan dengan akidah Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Apa Itu Pemalsuan Dalil?
Pemalsuan dalil dalam konteks Syiah adalah tindakan menyisipkan, mengubah, atau menyelewengkan makna ayat Al-Qur’an, hadits Nabi ﷺ, maupun riwayat para sahabat dan ahlul bait untuk mendukung pandangan Syiah. Tindakan ini bukan hanya merusak kemurnian ajaran Islam, tetapi juga menyesatkan umat yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang agama.
Bukti-Bukti Pemalsuan Dalil dalam Kitab-Kitab Syiah
1. Tahrif Al-Qur’an dalam Kitab-Kitab Syiah
Salah satu tuduhan paling serius terhadap kelompok Syiah adalah keyakinan bahwa Al-Qur’an telah mengalami perubahan (tahrif). Hal ini ditemukan dalam kitab-kitab utama mereka, seperti:
-
Kitab “Al-Kafi” karya Al-Kulaini, yang dianggap sebagai “Shahih Bukhari”-nya Syiah. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa sebagian ayat Al-Qur’an dihilangkan atau diubah, terutama yang berkaitan dengan keutamaan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu.
Contoh riwayat tahrif dalam Al-Kafi:
“Sesungguhnya di antara ayat-ayat yang dihapus adalah ayat yang menyebutkan bahwa Ali adalah washi (penerus) Rasulullah.”
(Al-Kafi, Jilid 1, hal. 414)
Ini adalah bentuk nyata pemalsuan untuk mendukung doktrin imamah, sebuah pilar penting dalam keyakinan Syiah.
2. Hadits-Hadits Palsu tentang Imamah
Syiah menyebarkan hadits-hadits palsu yang menyatakan bahwa Imamah adalah rukun utama dalam Islam, bahkan lebih tinggi dari kenabian. Beberapa hadits palsu yang sering dikutip oleh mereka antara lain:
"Barang siapa mati dan tidak mengenal imam zamannya, maka ia mati dalam keadaan jahiliyyah."
(Ditafsirkan secara eksklusif bahwa Imam yang dimaksud hanyalah dari keturunan Ali)
Padahal dalam tafsir Ahlus Sunnah, makna hadits ini adalah kepatuhan kepada pemimpin umat Islam secara umum, bukan pengangkatan 12 imam secara khusus dari keturunan Husain sebagaimana diyakini oleh Syiah.
3. Rekayasa Riwayat Tentang Ahlul Bait
Syiah mengklaim cinta kepada ahlul bait, namun mereka juga melakukan pemalsuan riwayat untuk mendukung eksklusivitas ahlul bait versi mereka, dan mengafirkan sahabat Nabi ﷺ yang tidak setia pada Ali.
Contohnya:
“Sesungguhnya para sahabat telah murtad setelah wafatnya Nabi kecuali tiga orang…”
(Al-Kafi, Jilid 8, hal. 245)
Ini jelas bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah yang menghormati seluruh sahabat dan memuliakan ahlul bait tanpa mengeksklusifkan mereka secara politis.
Strategi Pemalsuan: Metode yang Sistematis
Pemalsuan dalil oleh Syiah tidak dilakukan secara acak. Berikut adalah metode yang sering digunakan:
-
Menisbatkan riwayat kepada Imam-Imam Syiah tanpa sanad jelas
-
Mengutip ayat Al-Qur’an di luar konteks
-
Menggunakan takwil ekstrem terhadap teks-teks keagamaan
-
Membuat “taqiyyah” sebagai dasar pembenaran kebohongan
Taqiyyah, menurut Syiah, adalah berbohong demi menjaga keselamatan diri atau komunitas, namun dalam praktiknya, sering dipakai untuk menyembunyikan keyakinan sesat dan menipu umat awam.
Dampak Pemalsuan Dalil bagi Umat Islam
-
Membingungkan umat Islam awam yang tidak memiliki pengetahuan memadai.
-
Memecah belah kesatuan umat, karena dalil-dalil yang dipalsukan menimbulkan konflik antara Ahlus Sunnah dan Syiah.
-
Merusak pemahaman terhadap Islam yang murni, terutama terkait keabsahan sahabat, Al-Qur’an, dan sunnah Nabi ﷺ.
Kesimpulan: Waspadai Penyimpangan Pemikiran Syiah
Pemalsuan dalil dalam kitab-kitab Syiah adalah ancaman serius terhadap aqidah umat Islam. Penyimpangan ini tidak hanya berkaitan dengan tafsir, tetapi juga menyangkut inti ajaran Islam seperti Al-Qur’an, hadits, dan kedudukan sahabat. Oleh karena itu, penting bagi umat Islam di Indonesia untuk mewaspadai dan membentengi diri dengan ilmu, serta menyebarkan pemahaman Islam yang benar kepada masyarakat.
Sikap waspada terhadap Syiah bukanlah bentuk kebencian personal, tetapi ikhtiar menjaga kemurnian Islam sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya.
(albert/syiahindonesia.com)
************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!
0 komentar: