Breaking News
Loading...

 Mengapa Syiah Menganggap Diri Mereka sebagai Pengikut Ahlul Bait?


Syiahindonesia.com
– Ahlul Bait merujuk kepada keluarga Nabi Muhammad ﷺ, yang terdiri dari beliau, Fatimah az-Zahra, Ali ibn Abi Talib, serta dua anak mereka, Hasan dan Husain. Keluarga ini memiliki kedudukan yang sangat tinggi dalam sejarah Islam, dan mereka dihormati oleh semua Muslim tanpa memandang mazhab. Namun, di kalangan Syiah, terdapat klaim kuat bahwa mereka adalah satu-satunya pengikut sejati Ahlul Bait, yang menganggap dirinya lebih dekat dengan keluarga Nabi daripada umat Islam lainnya, khususnya Sunni. Dalam artikel ini, kita akan mengungkapkan alasan mengapa Syiah menganggap diri mereka sebagai pengikut Ahlul Bait dan bagaimana pandangan ini berbeda dari pandangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

1. Imam sebagai Pewaris Ilmu dan Kewibawaan Ahlul Bait

Syiah meyakini bahwa setelah Nabi Muhammad ﷺ, kepemimpinan umat Islam harus diteruskan oleh para imam yang berasal dari Ahlul Bait, khususnya keturunan Ali dan Fatimah. Mereka beranggapan bahwa hanya para imam dari keluarga Nabi yang memiliki pengetahuan yang sempurna dan mampu memimpin umat Islam dengan kebenaran yang sejati. Dalam pandangan mereka, imam-imam ini tidak hanya pemimpin politik, tetapi juga pemimpin agama yang memiliki wewenang untuk menafsirkan wahyu Allah dengan cara yang tidak dapat dilakukan oleh orang lain.

"إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا"
"Sesungguhnya Allah hanya bermaksud menghilangkan dosa dari kalian, wahai Ahlul Bait, dan membersihkan kalian dengan pembersihan yang sempurna." (QS. Al-Ahzab: 33)

Ayat ini sering digunakan oleh Syiah sebagai bukti bahwa Ahlul Bait memiliki kedudukan khusus di sisi Allah dan bahwa mereka lebih layak memimpin umat Islam.

2. Pernyataan Nabi tentang Ahlul Bait

Syiah sering merujuk kepada beberapa hadits yang dianggap menunjukkan bahwa Nabi Muhammad ﷺ menegaskan pentingnya mengikuti Ahlul Bait setelah beliau wafat. Salah satu hadits yang sering dikutip adalah hadits yang dikenal sebagai Hadits Thaqalayn, yang diriwayatkan dalam berbagai kitab Syiah, di antaranya:

"Aku tinggalkan untuk kalian dua perkara yang berat, yaitu Kitabullah dan Ahlul Baitku. Kalian tidak akan tersesat selama kalian berpegang pada keduanya."
(Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Tirmidzi)

Namun, hadits ini tidak hanya diterima oleh Syiah. Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga mengakui pentingnya Ahlul Bait, tetapi mereka menganggap bahwa kepemimpinan umat Islam tidak terbatas hanya pada keluarga Nabi, melainkan berdasarkan kemampuan dan kualitas individu. Mereka tidak meyakini bahwa posisi kepemimpinan umat Islam hanya khusus untuk Ahlul Bait.

3. Pemahaman tentang Keimaman

Salah satu ajaran utama yang membedakan Syiah dari Sunni adalah konsep keimaman. Syiah percaya bahwa para imam memiliki kedudukan yang istimewa, yang tidak dapat digantikan oleh siapapun selain keturunan langsung dari Ali dan Fatimah. Mereka menganggap bahwa setelah wafatnya Nabi Muhammad ﷺ, para imam tersebut memiliki pengetahuan khusus dan tidak terpengaruh oleh kesalahan atau dosa, sebuah konsep yang disebut “maksum”.

Dalam pandangan Syiah, imam bukan hanya seorang pemimpin spiritual, tetapi juga pemimpin yang memiliki otoritas politik dan agama. Oleh karena itu, Syiah menganggap diri mereka sebagai pengikut sejati Ahlul Bait karena mereka berkeyakinan bahwa hanya imam-imam tersebut yang dapat menuntun umat Islam ke jalan yang benar.

4. Penghormatan kepada Ahlul Bait

Bagi Syiah, menghormati dan mencintai Ahlul Bait adalah bagian integral dari ajaran mereka. Mereka meyakini bahwa kecintaan kepada Ahlul Bait adalah kewajiban agama yang harus dipenuhi oleh setiap Muslim. Bahkan, Syiah memiliki banyak ritual dan acara yang khusus untuk mengenang jasa dan pengorbanan Ahlul Bait, terutama saat memperingati peristiwa Karbala, di mana Husain bin Ali beserta pengikutnya syahid dalam peperangan yang tragis.

Syiah juga sangat menekankan penghormatan terhadap Fatimah az-Zahra, yang mereka anggap sebagai sosok yang memiliki kedudukan sangat tinggi dalam Islam. Mereka percaya bahwa Fatimah adalah contoh utama dari wanita yang sempurna dan bahwa hak-haknya sering kali dilanggar oleh penguasa setelah wafatnya Nabi ﷺ.

5. Kontradiksi dengan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

Ahlus Sunnah wal Jama’ah menghormati Ahlul Bait dan mengakui pentingnya mereka dalam sejarah Islam. Namun, mereka tidak sepakat dengan klaim Syiah bahwa hanya keturunan Ali yang berhak memimpin umat Islam. Ahlus Sunnah meyakini bahwa kepemimpinan umat Islam dapat dipilih berdasarkan kemampuan dan pemahaman agama, dan tidak terbatas pada keturunan tertentu.

Selain itu, Ahlus Sunnah wal Jama’ah menolak klaim Syiah tentang maksumnya para imam, karena ini bertentangan dengan prinsip dasar dalam Islam yang hanya mengakui Nabi Muhammad ﷺ sebagai utusan Allah yang maksum.

6. Kesimpulan

Mengapa Syiah menganggap diri mereka sebagai pengikut Ahlul Bait? Karena mereka percaya bahwa keluarga Nabi Muhammad ﷺ, terutama Ali dan keturunannya, memiliki kedudukan khusus yang memberi mereka hak untuk memimpin umat Islam. Mereka juga menganggap bahwa imam-imam dari Ahlul Bait memiliki pengetahuan dan wewenang yang tidak dimiliki oleh orang lain, dan oleh karena itu, hanya mereka yang dapat menuntun umat Islam ke jalan yang benar.

Namun, bagi Ahlus Sunnah wal Jama’ah, meskipun mereka menghormati Ahlul Bait, mereka tidak sepakat dengan klaim Syiah bahwa hanya keturunan Ali yang berhak memimpin umat Islam. Mereka berpegang pada prinsip bahwa kepemimpinan umat Islam harus berdasarkan kemampuan dan kualitas pribadi, bukan hanya keturunan atau garis darah.

(albert/syiahindonesia.com)


************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: