Breaking News
Loading...

 Syiah : Sahabat Nabi, Para Istri Nabi Dan Nashibi [ Ahlu as Sunnah ] Lebih Najis Dari Anjing

Oleh Zulkarnain El-Madury

Answaring Anshar adalah situs milik Syiah dalam berbahasa inggris yang tidak pernah berhenti membujuk Muslim masuk Syiah, dengan andalan tulisan tulisan  artikel memojokkan Islam Sunni sebagai penganut agama Nasibi. Biasa seluruh tokoh syiah sekelas Rafidhah, tidak seorangpun mereka yang punya I’tiqad bahwa sahabat dan Istri Nabi bukan Nashibi. Semua sunni Nashibi dimata mereka, kecuali klaim mereka yang menempatkan diri mereka sebagai golongan manusia suci dari seluruh sunni najis [ menurut pandangan mereka ].

Siapapun sunninya adalah adalah Najis dimata mereka, selama masih mengakui keakhalifaan Abu Bakar, Umar dan Usman, apalagi Muawiyah [ yang menjadi musuh bebuyutan Syiah]. Menurut mereka Sunni adalah tidak beda dengan ANJING NAJIS [ kata lain dari Nashibi, produk pemikiran rafidhah]. Terutama terhadap beberapa Istri Nabi, Ibunda kaum mukmin dan mukminat.

Answering-Ansar considers few wives of the Prophet as nasibi. And according to the traditions of imams in the shia books, nasibis are worse than dogs. Answering-Ansar wrote an article about Ayesha, the wife of the Prophet (peace be upon him) and in this article, it says

Answering Ansar memandang beberapa istri Nabi adalah Nashibi. Dan menurut kitab kitab Syiah Imamah, para Nashibi adalah lebih Najis dari  Anjing. Answering Ansar menulis sebuah artikel bertemakan Aisyah: Istri Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Dan dalam artikel ini tertulis :

THIRD CLAIM – DOES THE TITLE OF ‘UMAHAT UL MOMINEEN’ GIVEN TO THE WIVES OF THE HOLY PROPHET (S) EVIDENCE AYESHA’S PERSONAL MERIT OR GUARANTEES HER IMMUNITY FROM CRITICISM?

[Tuntutan Ketiga : Apakah titel Ummahatul Mu’minin predikat yang diberikan kepada para istri istri Nabi shallalahu’alaihi wasallam. Sebagai bukti kebaikan Aisyah atau sebagai Benteng Aisya bebas dari kecaman?]

Unable to identify a legitimate defence for the crimes committed by their Nasibi ancestors against Imam Ali bin Abi Talib (as) from the Quran and Sunnah, they turn to the fact that Allah (swt) declared the wives of the Prophet (s) to be the ‘mothers of the believers’ the exempts them from criticism.

Jelas [Para Nasibi] tidak mampu menunjukkan legal aksinya dari Quran dan sunah atas perbuatan dosanya yang dilakukan oleh nenek moyangnya para Nashibi, Aisyah ketika memberontak pada Imam Ali bin Abi Thalib. kemudian Mereka [NASHIBI] membawakan ayat ayat Allah terkait Istri Nabi yang diangkat sebagai Umahatul Mukminin, untuk membebaskan diri mereka [ Istri Istri Nabi] dari kecaman [ kritikan ].

Teks ini jelas sekali menunjukkan bahwa Answaering Ansar [[ Situs Syiah]  mendakwah istri Nabi shallallahu’aalaihi, Aisyah sebagai Nashibi Anjing Najis]. Semoga Allah membalas ucapan mereka.
Answering Ansar menulis :

Jawaban Pertama:  The actual reason for declaring them ‘mothers of the believers’ was to prevent Muslims from marrying them
“Alasan yang nyata pendekralarasian mereka sebagai “Ummahatul Mukminin” adalah untuk mencegah Muslim menikahi mereka”

We shall puncture this Nawasib ‘defence ball’ by pointing out that the sole reason for declaring the wives of the Prophet (s) as ‘the mothers of the believers’ was to prevent the Muslims from marrying them in the eventuality of their being divorced or widowed, it is not a merit on their part. That is why we read in the Holy Quran:

Kami akan membobol penjaga gawang Nawasib dengan menunjukkan satu jawaban terhadap pendeklarasiaan Istri Nabi shallallahu’alahi wasallam sebagai Ibu Kaum Mukminin hanya supayah bisa mencegah Muslim menikahi mereka, yang mungkin saja terjadi kalau istri Nabi cerai atau menjanda. Ini bukan jasa dari nasib mereka. Itulah sebabnya mengapa kami baca kitab suci al Quran :

The first verse was revealed when Allah [swt] exposed the evil wish of Talha to marry Ayesha in the eventuality of the Prophet’s death. Allah [swt] sought to remove such an option by revealing this verse:
Ayat pertama ini diwahyukan ketikan Allah membuka kedok keinginanan jahat Thalha yang akan menikahi Aisya, yang kemungkinan besar Nabi Muhammad meninggal. Allah Subhana Wataala mematahkan keinginan mereka dengan menurunkan ayat tersebut.

The first verse was revealed to establish a new rule that Muslims could not marry the Prophet (s)’s and the second commandment was revealed to emphasize the very rule. It is similar to the case of the verses of Zakat.  Zakat was mentioned in the Quran several times, initially to establish a new rule with the remainder occasions emphasizing the requirement of Zakat.

Ayat pertama diturunkan dalam rangka menegakkan undang undang baru Muslim dengan maksud umat Islam supaya tidak mengawini Istri Rasul dan ayat kedua turun untuk mempertegas perundangan tersebut. Kasus serupa  adalah ayat zakat. Zakat diterangkan dalam Quran berkali kali. Mulanya penegakan aturan baru dengan penegasan tentang harta lebih yang harus dikeluarkan untuk zakat

Bantahan terhadap Answering Anshar :

We say, there was no need to call them mothers of the believers, the earlier verse was enough for forbidding the Muslims from marrying the wives of the Prophet. They have been specifically called the mothers of the believers to venerate them. Let us read the whole verse

Kami tidaklah membuat untuk memanggil mereka dengan “ Umamahatul Mukmini” . ayat sebelumnya sudah cukup untuk melarang Muslim mengawini isteri isteri para Nabi. Mereka secara khusus dipanggil  dengan sebutan UMMAHAT AL MUKMININ itu karena sebab kemulyaan mereka. Coba baca ayat seluruhnya.

The Prophet is closer to the Believers than their own selves, and his wives are their mothers. (Quran 33:6)

Nabi lebih akrab kepada orang orang Beriman dari pada diri mereka sendiri. Dan istri istrinya adalah Ibu Mereka [ Quran 33 : 6]

Anyone with common sense can realize that in this verse is present the veneration of the Prophet (s) also, and his wives also, and since they have been called the mothers of the believers, so it includes the prohibition to marry them also. But Answering-Ansar argues that this verse only shows the prohibition to marry the wives of the Prophet (s), and than using its old tactics of deception, tries to prove its point.

Siapapun yang memiliki pikiran sehat dapat membaca realita dalam ayat ini yang menerangkan kemulyaan Nabi shallallahu’alaihi wasallam, juga istrinya. Dan sejak mereka dipanggil dengan sebutan “Ibunya Kaum Mukmini” , termasuk juga larangan menikahi mereka. Tetapi Answering Anshar membangkang ayat tersebut, hanya karena ingin menunjukkan larangan menikahi Istri Nabi saja. Dan kemudian menggunakan sebagai sebagai sikap curang Syiah sebagaimana  taktik lamanya, intinya mencoba untuk membuktikan.


Itulah Syiah berbagai cara digunakan untuk menghancurkan kredibelitas kemulyaan Istri Nabi, dan mencoba menyulap ayat, seolah hanya sekedar larangan belaka, bukan karena kemulyaan Istri Nabi. Sebab Syiah memandang Istri Istri Nabi adalah pelacur dan Anjing Najis sebagaimana tertuang diatas.


************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: