Breaking News
Loading...

Sejarah Masuknya Syiah Zaidiyah ke Yaman Bag. 2
Zaidiyah Lebih Dekat Kepada Sunni

Dari sini, meski terhitung sebagai salah satu madzhab Syi'ah, Zaidiyah memiliki banyak kesamaan dengan Ahlisunnah daripada kesamaan mereka denganSyi'ah, yang terkadang sulit untuk membedakan antara salah seorang dari mereka dengan pengikut Ahlisunnah.Saya (dr Raghib) telah berinteraksi dengan mereka di Yaman, ternyata mereka sangat menghormati dan memuliakan para sahabat, mereka shalat dibelakang orang-orang sunni di masjid yang sama, mereka tidak memiliki bid'ah-bid'ah seperti yang dimiliki oleh Syiah Itsna 'Asyariyah yang cukup dikenal, seperti yang telah kami jelaskan di makalah sebelumnya, yaitu“Ushul As Syi'ah” dan “Saitharah As Syi'ah.”

Bahkan diantara mereka terdapat beberapa ulama' agung yang menjadi rujukan para penuntut ilmudari kalangan Ahlusunnah, semisal Imam AsSyaukani, penulis kitab “Nail AlAuthar”dan seorang pengikut Zaidiyah Yaman.

Kita kembali kepadacerita AlMakmun yang telah berhasil melumpuhkan kekuatan revolusi yang diprakasai oleh Muhammad bin Ibrahim Thabathaba, namun ia gagal melumpuhkan revolusi Ibrahim bin Muhammad di wilayah Yaman. Boleh jadi gagalnya Al Makmun menumpas revolusi di Yaman karena faktor jauhnya kota Yaman dari Baghdad, bisa juga karena faktor alam Yaman yang letak geografisnya adalah pegunungan terjal, selain itu tabiat kesukuan yang menjadikan kontrol pengawasan dari pusat juga menjadi masalah yang pelik.

Karena itu,khalifah AlMakmun lebih memilih jalan diplomasi dengan memberikan wilayah Yaman kepada Ibrahim bin Muhammad AzZaidi dengan syarat tetap berada dibawah naungan daulah Abasiyah.Semua itu berhasil terealisasi, sementara Yaman yang bersubordinasi dengan kekhilafahan Abbasiyah sempat berlangsung hingga kurang lebih seratus tahun, namun hal ini disertai dengan semakin tersebar dan mengakarnya madzhab Zaidiyah di Yaman.

Setelah terjadinya peristiwa-peristiwa ini selama kurang lebih sepuluh tahun,tepatnya tahun 284 H, di saat melemahnya pengaruh kekuasaan daulah 'Abbasiyah, Yahya bin Husain ArRussi berhasil mendirikan daulah Zaidiyah di Yaman yang lebih dikenal dengan Daulah Bani Russi atau Daulah Aimmah, yang pada akhirnya Daulah tersebut memisahkan diri dari Kekhalifahan Abbasiyah dan berbasis di kota Sha'dah, wilayah utara Yaman. Dari sebagian wilayah yang ada di Yaman, bukan hanya Daulah Bani Russi ini saja yang pertama kali memutuskan untuk memisahkan diri dari kekhalifahan Abbasiyah, sebab pada tahun 230 H, orang-orang Ya'far juga memisahkan diri dan membuat Daulah tersendiri yang berpusat di kota Shan’a, bedanya orang-orang Ya'far adalah orang-orang sunni, bukan Zaidi.

Dakwah Syiah Isma'iliyah di Yaman

Bersamaan dengan berdirinya Daulah Bani Russi yang bermadzhab Zaidi, muncul pula dakwah Syiah Isma'iliyah di Yaman, akan tetapi mereka berada di wilayah selatan Yaman. Seperti yang telah kami sebutkan di makalah-makalah sebelumnya semisal; “Ushul As Syi'ah” dan “Saitharah As Syi'ah”, bahwa Isma'iliyah hanyalah sebuah frasa dari madzhab Syi'ah yang sangat parah penyelewengannya, sampai-sampai mayoritas para ulama' Ahlisunnah membuat pernyataan bahwa mereka telah keluar dari Islam. Mereka menguasai wilayah selatan Yamansejak tahun 290 H, tapi daulah mereka jatuh dalam waktu relatif singkat pada tahun 304 H.Dari peristiwa ini,wilayah Yaman pun terbagi antara orang-orang Ya'far yang berpusat di kota Shan’a dan orang-orang Zaidiyah Bani Russi yang berpusat di kota Sha'dah, kondisi semacam ini berlangsung sepanjang abad keempat Hijriah.

Pada abad kelima Hijriah, daulah Ya'fariyah tumbang, sementara daulah Zaidiyah mulai melemah meski eksistensinya masih ada, namun mulai bermunculan pula daulah-daulah baru lainnya yang sangat berpengaruh dalam perjalanan sejarah. Muncul satu daulah sunni yaitu Daulah Najahiyin (Bani Najah) yang berpusat di Zabid (sebelah barat Yaman) dan berlangsung sejak tahun 403 H hingga tahun 555 H, di sekitar daulah ini muncul pula beberapa daulah Isma'iliyah yang mengancam, semisal daulah Bani Shalih yang berpusat di Shan'a semenjak tahun 439 H hingga tahun 532 H, ada juga daulah Bani Zurai' yang berpusat di 'Adn sejak tahun 467 H hingga tahun 569 H, begitu juga daulah Bani Hatim yang telah berhasil menguasai Shan’a sejak tahun 533 H hingga tahun 569 H.

Kekuatan dan bantuan daulah-daulahIsma'iliyah ini ditopang oleh daulah Ubaidiyyah yang lebih dikenal dengan Daulah Fathimiyah yang saat itu tengah menguasai Mesir dan sebagian wilayah Syam,karena itu daulah-daulah Isma'iliyah tersebut tidak bertahan lama dan kemudian tumbang bersamaan dengan tumbangnya Daulah Ubaidiyah di tangan seorang pahlawan Islam, Shalahuddin AlAyyubi pada tahun 567 H.

Dengan lenyapnya beberapa daulah Isma'iliyah dari Yaman,maka Yaman memulai frase baru yang penuh kebahagiaan dengan hadirnya kepemerintahan sunni yang direpresentasikan oleh daulah Ayyubiyah sejak tahun 569 H hingga tahun 626 H, kemudian daulah Bani Rusul yang juga sunni dari tahun 626 H hingga tahun 858 H.

Meskipun demikian, kepemerintahan daulah Zaidiyah tidak sepenuhnyalenyap dari Yaman, bahkan mereka semakin menunjukkan eksistensinya di Sha'dah dan memiliki rentan waktu pertumbuhan yang sangat urgen yang lebih dikenal dengan sebutan daulah Bani Russ kedua, yaitu pada tahun 593 H hingga tahun 697 H di tengah-tengah kepemerintahan Dinasti Ayyubiyah dan Rasuliyah.


Daulah Aimmah Shan'a

Pada abad kesepuluh Hijriyah,pemerintahan di wilayah Yaman terbagi menjadi dua, yaitu pemerintahan Utsmaniyah dan pemerintahan Zaidiyah, Utsmani memerintah sejak tahun 945 H hingga 1333 H (388 tahun), peta kekuasaan mereka terutama berada di sebelah selatan. Sementara Bani Russi yang bermadzhab Zaidiyah menguasai wilayah Sha'dah yang berafeliasi ke Shan'a, sehingga pada masa itu daulah ini lebih dikenal dengan daulah Aimmah Shan'a yang berlangsung semenjak tahun 973 H hingga tahun 1382 H (409 tahun) sampai mereka mampu menguasai seluruh Yaman setelah konflik yang terjadi dengan pemerintahan Utsmani, konflik ini berakhir pada tahun 1333 H dengan kemenangan ada di pihak Zaidiyah.

Daulah Zaidiyah memerintah Yaman hingga tahun 1382 H/1962 M, tatkala terjadi revolusi Yaman yang dengannya kepemerintahan Syiah Zaidiyah berakhir di Yaman, yaitu dimulai semenjak tahun 284 H atau lebih dari seribu tahun!

Dalam proses akselerasi ini, kita melihat bahwa madzhab Zaidiyah telah mengakar kuat di tengah masyarakat Yaman, bahkan mereka telah memiliki kepemerintahan sepanjang rentan waktu tersebut baik di saat kuat atau lemah, meski di sekitar mereka muncul beberapa daulah sunni dan Ismaili walaupun pengaruh manhaj isma'ili ini tidakberlangsung lama, sebab di Yaman daulah ini hanya bertahan sekitar seratus tiga puluhan tahun dan tidak mampu menguasai Yaman secara keseluruhan dalam jangka waktu yang panjang.

Sebagaimana yang kita perhatikan, pada saat itu Syi'ah Itsna 'Asyariyah (Imamiah) belum memiliki eksistensi di wilayah Yaman, dari sini kita dapati bahwa jumlah pengikut Zaidiyah mendekati tiga puluh persen dari penduduk Yaman,sementara prosentase jumlah pengikut sekte Itsna 'Asyariyah sangat kecil sekali bila dibandingkan dengan jumlah masyarakat Yaman, meski disana tidak ada sensus yang akurat dalam masalah ini.

Bersamaan dengan itu, sekarang kita mendengar berbagai problematikasehubungan dengan orang-orang Hautsi yang mendominasi wilayah Yaman bagian selatan, terkhusus wilayah Sha'dah. Kita juga mendengarItsna 'Asyariyah sebagai madzhab mereka dan intervensi Iran terhadap mereka.

Lalu darimana datangnya madzhab Itsna 'Asyariyah ke Yaman?
Bagaimana masalah itu muncul sampai terjadi pertempuran berkepanjangan antara pemerintahan Yaman dengan para pengikut Hautsi?

(team/syiahindonesia.com)

Sumber: As-Syiah Nidhol am Dholal oleh DR. Raghib As Sirjani.

************************
Ayo Gabung dengan Syiahindonesia.com Sekarang Juga!

Artikel Syiah Lainnya

0 komentar: